Bel pulang berbunyi. Disusul lagu “Himne Hidayatullah”. Sebagaimana biasanya, anak-anak kelas 2 bergegas berhamburan keluar kelas. Murid-murid putra bermain sepak bola di lapangan. Sebagian besar murid putri sudah dijemput. Mereka pun pulang. Namun, berbeda halnya dengan Valda. Hampir setiap hari, gadis kecil ini tidak segera pulang. Entah karena belum dijemput atau memang ia menginginkan dijemput terlambat.

Valda terlihat keluar kelas. Biasanya, ia bermain ke kelas 1. Beberapa menit berselang, Valda kembali ke kelas 2. Ia mengambil sebuah buku dari rak sudut baca. Valda duduk di karpet, di bawah papan tulis. Bersandar di dinding sisi utara kelas. Ia terlihat asyik membaca. Tak lama, Valda mengembalikan buku yang tuntas ia baca. Gadis manis itu mendatangi Bu Wiwik.

“Bu, boleh enggak pinjam buku? Tapi dibawa pulang,” tanya Valda malu-malu.

Bu Wiwik kaget bin kagum.

“Boleh banget. Ambil aja,” respons Bu Wiwik, “Satu boleh, dua, tiga juga boleh.”

Tampak raut muka kaget sekaligus senang tergambar di wajah Valda. Ia bergegas mengambil dua buku cerita.

“Langsung dimasukkan tas aja, Nak. Biar enggak lupa,” saran Bu Wiwik.

Valda mengikuti saran tersebut. Ia lalu mengambil dan menempel daun ilmu.

Angan Bu Wiwik mengembara. Lebih dari setahun lalu, Valda adalah satu dari sekian anak yang rutin mengikuti tambahan membaca. Kala itu, kemampuan baca Valda masih di tataran suku kata. Tak dinyana, akselerasi Valda sangat memuaskan. Begitu mulai lancar membaca, Valda jadi suka baca buku.

Beberapa kali Valda membuktikan konsistensinya menjadi kutu buku.

“Assalamualaikum, Bu Wiwik. Terima kasih sudah telaten mengajar Valda baca kala di kelas 1. Alhamdulillah sekarang dia lumayan suka baca. Semalam, dia baca komik sains WHY-Insect, ternyata bisa langsung selesai bacanya .”

Bu Wiwik berbunga-bunga menerima chat manis itu. Bukan lantaran namanya disebut, melainkan karena rasa bangga atas capaian muridnya: Valda. Bahkan, ini bukan kali pertama ibunda Valda melaporkan “kekutubukuan” putrinya itu. Beberapa kali Bu Agni (ibunda Valda) mengirimkan foto kekhusyukan Valda tatkala membaca buku.

***

Keesokan harinya, Valda kembali melapor. Bu Wiwik takjub dibuatnya.

“Bu Wiwik, buku yang kemarin saya pinjam, terlalu sedikit halamannya.”

“Lo, Mbak Valda pinjam dua buku, kan?” Bu Wiwik mengonfirmasi.

“Iya, tapi masih kurang, Bu,” jelas Valda. “Nanti pinjam buku lagi, ah.”

***

Dari kisah Valda ini, Bu Wiwik makin yakin akan kebenaran nasihat yang pernah diutarakan oleh seorang guru yang menyebut dirinya “dukun”.

Dikutip dari https://kang-gw.blogspot.com/2021/06/stimulasi-membaca-pada-anak-usia-dini.html, sang dukun bertitah: “Pembelajaran membaca dikatakan bermakna jika anak merasakan membaca sebagai kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupannya sehingga ia terdorong untuk terus-menerus mengembangkan dan meningkatkan keterampilan membacanya.”

Proses yang dilalui Valda berjalan sesuai yang diharapkan. Valda tak hanya mampu membaca. Lebih dari itu, ia selalu mau membaca, bahkan ketagihan. (A2)

Bagikan:
3 thoughts on “Kutu Buku”
  1. mb valda hebat, semangat terus membacanya, semoga ilmunya bermanfaat dikemudian hari

  2. Alhamdulillah, Valda hebat. Semoga selalu istikamah dan semangat memperdalam ilmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *