Jam sekolah telah usai. Anak-anak tak lantas pulang. Mereka lebih memilih untuk bermain dulu di sekolah. Walau sudah dijemput, mereka tetap merengek tak mau pulang. Main bola, kejar-kejaran, membaca buku, atau hanya sekadar ngobrol, sudah cukup memberi penghiburan tersendiri untuk mereka.

Selain aktivitas bermain, ada pula anak-anak yang mengikuti tambahan pelajaran: mengaji atau membaca permulaan.

Awalnya, guru menargetkan murid-muridnya sudah lancar membaca pada dua bulan pertama tahun ajaran baru. Namun, faktanya tidak demikian. Masih ada 13 anak yang butuh bimbingan khusus untuk melancarkan membaca mereka. Meskipun motivasi membaca sudah semakin besar seiring bertambah pesatnya jumlah helai daun di “Pohon Ilmu”, ke-13 anak itu butuh bimbingan agar hasrat membacanya semakin terasa menyenangkan bagi mereka.

Siang ini, Naren mengikuti tambahan membaca. Ia meminta izin keluar kelas untuk buang air kecil. Belum ada satu menit Naren sudah kembali ke kelas.

Lho, Mbak Naren sudah pipis belum?” tanya gurunya heran.

Naren hanya terdiam, dari sorot mata dan gelagatnya, gurunya menangkap ada hal yang ingin Naren sampaikan.

“Aku mau pipis, tapi ngga bisa keluar,” jawab Naren.

“Bu Wiwik antar, yuk!”

Udah ngga kerasa pengin pipis lagi kok, Bu.”

Eh, ngga boleh gitu. Kalau tadi pengin pipis, berarti harus dituntaskan dulu. Yuk, Bu Wiwik antar!” ajak gurunya sedikit memaksa.

Naren mengiyakan.

Dalam hati, Bu Wiwik bertanya-tanya. Sudah hampir sebulan ini, Naren telah berhasil membiasakan dirinya BAK mandiri di toilet sekolah. Mengapa sekarang kembali ke nol lagi?

Sampun terpasang semua, Pak?” tanya Bu Wiwik ketika menjumpai petugas AC di lorong sekolah.

Sampun, Bu. Ada 5 AC di 3 ruang,” jawab tukang AC.

“Alhamdulillah. Mangga, Pak,pungkas Bu Wiwik sambil berlalu menuju toilet.

“Naren mau dibantu Bu Wiwik?”

Nggak usah, Bu. Aku bisa sendiri.”

Alhamdulillah, ternyata tidak kembali ke nol lagi. Bu Wiwik sedikit lega.

Sejurus kemudian, Dayu menyusul ke toilet ditemani Miss Afiifah. Bu Wiwik dan Miss Afiifah saling adu pandang. Heran.

Lha itu ada Bu Wiwik juga. Saya melanjutkan tambahan membaca dengan anak-anak dulu, ya, Bu,” pinta Miss Afiifah.

“Iya, Bu. Dayu biar saya temani.

***

Sepi. Ruang kelas dan halaman sekolah tak lagi dipenuhi riuh suara dan celoteh anak-anak. Bu Wiwik kembali teringat kejadian tadi. Tidak hanya Naren, Dayu pun ikut menciut nyalinya. Padahal, sejak awal Dayu berani menyelesaikan hajatnya di toilet secara mandiri. Sudahlah.

Bu Wiwik bermaksud mengisi botol minumnya dengan air galon di ruang Tata Usaha. Di sana terlihat bapak-bapak tukang AC sedang mengecek AC yang telah terpasang.

“Oh, ternyata ini penyebabnya!” batin Bu Wiwik.

Jiwa kehati-hatian Naren dan Dayu timbul. Rupanya mereka tak nyaman dalam kesendirian di dekat orang-orang asing. Anak-anak yang luar biasa. Berani mengambil sikap bijak dalam kesempitan. Terima kasih, Nak. Kalian telah memercayai guru-guru kalian ini.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *