Senang sekali rasanya setiap hari melihat pemandangan menyejukkan di kelas. Selama dua pekan ini, setiap hari lemari buku bertuliskan “sudut baca” selalu tersisa ruang kosong. Karena ada yang mengambil bukunya. Anak-anak kelas satu, angkatan 2023/2024, ketertarikannya dengan buku cukup bagus. Sebelum Bu Wiwik memberitahukan tentang pohon ilmu, memang sudah ada beberapa anak yang gemar membaca.

Kegembiraan bertambah ketika anak-anak mengetahui tentang pohon ilmu. Sebuah gambar pohon kering tanpa daun yang ditempel di sisi loker kelas. Akan subur ketika sang empunya pohon rajin membaca buku. Satu buku bacaan, satu daun. Ternyata berhasil membidik satu anak. Yaitu Elora yang pertama kali.

“Inara, baca buku, yuk. Nanti dapat daun,” ucap Elora kepada Inara yang berdiri di depannya. Di terdekatnya ada Shaqueena dan Keenan.

Kemudian Elora membaca buku. Tetapi Inara belum melakukannya. Ajakan Elora belum berhasil. Tak mengapa, karena ini bukan paksaan. Tetap saja harus ada keinginan dalam diri anak. Buktinya, Inara membaca buku di keesokan-keesokan harinya.

Sebelumnya, Elora memang salah satu anak yang rajin membaca. Ia semakin bersemangat ketika diberitahu tentang pohon ilmu. Saat ini, pohon ilmunya-lah yang paling rimbun.

Ternyata, ajakan Elora kepada Inara hari itu tidaklah sia-sia. Bahkan ada anak lain yang diam-diam mengikuti ajakan Elora, yaitu Shaqueena. Shaqueena langsung turut membaca buku. Sesudah jam pulang sekolah, sembari menunggu jemputan, Shaqueena meluangkan waktu membaca buku lagi.

“Bu Eva, saya sudah baca buku. Boleh minta daun, ya, Bu?” Shaqueena menghampiri meja saya.

Saya penasaran apakah Shaqueena benar sudah membacanya atau hanya melihat-lihat. Karena syaratnya memang dibaca, bukan sekadar dilihat gambarnya. Meski belum bisa membaca, yang terpenting ada usaha untuk membaca. Minimal mereka mengetahui judul bukunya.

“Sudah dibaca semua?” tanya saya.

“Sudah, Bu Eva,” jawab Shaqueena.

“Bukunya tentang apa?”

Shaqueena terdiam sebentar lalu tersenyum. Sembari menggelengkan kepalanya ia menjawab, “Lupa, Bu.”

“Tolong bacakan, Bu Eva,” pinta Shaqueena.

Saya penasaran lagi, apakah ia sudah bisa membaca atau belum.

“Coba Mbak Shaqueena dulu, nanti bergantian dengan Bu Eva.”

Ternyata Shaqueena sudah bisa membaca. Meski belum sepenuhnya lancar. Mungkin hal itu yang menyebabkan ia lupa dengan apa yang dibaca. Karena ia masih berfokus membaca per kata.

“Sekarang Bu Eva bacakan. Mbak Shaqueena menyimak, ya.”

Selesai saya bacakan. Saya ajukan pertanyaan. Saya mengajukan lima pertanyaan sesuai isi bukunya. Per halaman, kalimatnya cukup pendek. Hanya sekitar empat sampai lima kata. Alhamdulillah, Shaqueena bisa menjawab tiga pertanyaan yang saya berikan.

“Berhasil! Sekarang Mbak Shaqueena boleh ambil daun di mejanya Bu Wiwik, ya.”

“Terima kasih, Bu Eva,” senyumnya terlihat.

Usahanya menjadi pengikut tersembunyi Elora, patut diapresiasi. Meski Elora tak mengajaknya secara langsung. Usaha Elora dalam mengajak temannya juga pantas diapresiasi. Semakin hari, semakin bertambah anak yang tergerak untuk membaca buku di sudut baca.

Harapannya, anak-anak rajin membaca bukan hanya karena mendapat daun untuk pohon ilmunya. Akan tetapi supaya mereka menyukai buku dan terlatih membaca sejak dini. Demi membangkitkan kembali generasi gemar membaca.

Pemandangan indah di sudut baca
Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *