Salat Zuhur hendak dimulai. Saya menempati barisan terdepan yang masih kosong. Tepat di samping saya ada Itaf. Siswa kelas 2 itu melirik ke arah saya. Serta-merta ia tarik sajadah yang diinjaknya. Lalu ia ubah posisinya. Sajadahnya, yang semula terbentang membujur di depannya, jadi melintang di depan kami. Setengahnya di depannya, setengahnya lagi di depan saya.

Hampir genap dua bulan saya menjadi guru di SD Islam Hidayatullah 02. Banyak hal yang saya temui selama mendampingi anak-anak. Baik di dalam maupun di luar kelas. Baik saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Beberapa hal membuat saya terkesan. Salah satunya, kepedulian anak-anak terhadap apa yang ada di sekitarnya. Seperti yang ditunjukkan Itaf.

Itaf bukan satu-satunya siswa peduli. Seusai makan siang, anak-anak membersihkan meja dan tempat makan. Sampah sisa makan dimasukkan ke tong sampah. Ada yang tercecer di luar. Entah siapa yang kurang hati-hati.

Hafidz tampil sebagai sukarelawan. Dengan tisu di tangannya, ia bersihkan limbah cair yang tumpah di lantai.

“Ini tadi yang tumpah apa, Hafidz?” tanya saya.

“Sisa kuah sayur, Ustaz,” jawabnya.

“Yang menumpahkan siapa?”

“Ridho, Ustaz.”

Bersamaan dengan itu, di meja kelompok Sultan ada minuman tumpah. Seketika Sultan mengambil Kanebo untuk membersihkannya.

Anak-anak kelas 2 sedang menikmati makan siang.

Teman-teman Itaf dan Sultan tak mau ketinggalan. Ketika sedang asyik mengobrol dengan Bu Amik, tiba-tiba saya melihat Valda dan Sabrina beroperasi. Mereka dengan telaten memunguti kotoran-kotoran kecil yang ada di karpet.

Ada pemandangan lain lagi. Jam pelajaran BAQ tiba. Anak-anak bergegas masuk ruang mengaji. Saking semangatnya, beberapa anak lupa untuk menaruh dan menata sandal-sandal mereka di tempat semestinya. Ustazah Layla langsung mengingatkan. Valda tanggap. Bukan hanya sandalnya sendiri, Valda menata semua sandal yang belum rapi. Simsalabim, beres!

Sejumlah kejadian itu menunjukkan kepedulian anak-anak terhadap sekitar. Mata mereka jeli mengamati. Pikiran mereka cepat mengerti. Hati mereka tak mau menanti-nanti. Tangan dan kaki spontan beraksi. Tanpa perintah, komando, atau instruksi. Semua itu inisiatif mereka sendiri.

Itaf, Hafidz, Sultan, Valda, dan Sabrina. Masih kanak-kanak, usia mereka. Namun, hati dan pikiran mereka begitu peka. Mereka teladan dalam kepedulian. Layak dicontoh oleh semua teman. Juga oleh guru, yang semestinya jadi panutan.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *