Assalamu’alaikum,” ucap Bu Eva ketika memasuki kelas.
Ternyata Bu Eva kalah gasik dari Bu Wiwik dan Icha. Padahal waktu itu masih terlalu lama menunggu bel masuk pukul 08.00. Tapi Icha dan sebagian anak lainnya tetap berangkat pagi-pagi selama Ramadan.
Selesai bersalaman, Bu Eva hendak salat Duha. Biasanya itu menjadi rutinitas guru-guru sebelum bel. Ditambah lagi ada mengaji bersama semua guru dan karyawan. Sehingga kegiatan pagi menjadi padat juga bermanfaat. Insyaallah.
“Salat Duha, yuk, Cha,” ajak Bu Eva.
“Sekarang, Bu? Nanti aja, deh, ya, Bu.”
“Iya dong. Sambil nunggu teman-teman datang,” imbuh Bu Eva.
Oke. Sebentar, ya, Bu, ambil sandal dulu,” Sahut Icha.
Pagi itu memang belum ada anak lain yang datang. Kalaupun tidak Bu Eva ajak salat Duha, biasanya Icha memanfaatkan waktunya untuk membaca buku. “Sama-sama bermanfaat, tidak ada salahnya mengajak,” pikir Bu Eva.
Lantas keduanya menuju musala. Di sana sudah ada Bu Wiwik dan Bu Nika yang sedang mengaji jilid Ummi. Juga Bu Amik yang sedang salat Duha.
Usai melaksanakan salat Duha dua rakaat, Bu Eva berbisik kepada Icha, “Icha kalau mau keluar duluan nggak pa-pa.”
Icha membalasnya dengan mengangguk, tetapi tidak bersegera melepas mukenanya. Bu Eva juga tidak meminta Icha untuk salat lagi.
Icha bangkit dari duduknya bukan untuk membereskan mukenanya, melainkan melaksanakan salat Duha lagi dua rakaat.
Bu Eva terenyuh karena Icha melakukannya bukan lagi atas ajakan, tapi karena memang inisiatifnya sendiri. Waktu lima menitnya lagi jadi terselamatkan untuk hal yang bermanfaat.

Bagikan:
One thought on “Lima Menit”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *