Di semester genap ini, kelompok mengaji yang terdiri dari Ridho, Nadia, Itaf, Adia, dan Kalynn diampu oleh Bu Layla dan bertempat di ruang TU (tempat Bu Layla berkantor). Sebagaimana ketika mereka di kelas 1. Kali ini berbeda dari semester sebelumnya. Dalam KBM BAQ, kelas 2 dibagi menjadi empat kelompok, bukan tiga kelompok lagi. Anak-anak yang disebut tadi berada di kelompok 1 yang diampu oleh Bu Layla, kelompok 2 diampu oleh Pak Aruf, kelompok 3 diampu oleh Pak Adhit, dan kelompok 4 diampu oleh Bu Amik.

Yap, … . Kelompok Bu Layla terdiri dari lima siswa saja. Terasa mengaji privat. Namun, mereka setidaknya selalu menyiapkan diri dengan mengaji di rumah pada hari sebelumnya. Yaitu materi hafalan surah Al-Insyiqaq, garib, dan tadarus Al-Qur’an juz 6 surah Al-Maidah. Mereka sangat antusias. Apalagi, yel-yel mereka ada ungkapan, Semangat mengaji, siap munaqasyah. Makin meyakinkan bahwa mereka bersungguh-sungguh mempersiapkan diri sebagai peserta munaqasyah di tahun berikutnya. Entah apa motivasi mereka, Bu Layla belum menemukan. Bisa jadi karena melihat Nadia telah melampaui tahap munaqasyah tahun ini atau yang lainnya.

Jam dinding di ruang TU menunjukkan pukul 09.07. Bu Layla mengakhiri BAQ pagi itu, meski masih tersisa 8 menit lagi. Hal itu menjadi berita gembira bagi anak-anak. Mereka bisa memanfaatkan sisa waktu tersebut untuk sekadar bercengkerama di selasar kelas maupun di halaman sekolah. Bu Layla memberi pesan kepada anak-anak. Meski sudah selesai mengajinya, tetap menunggu di luar. Tidak masuk ruang kelas terlebih dahulu sebelum teman lain selesai. Jadi, mereka berjajar duduk di bok depan kelas.

Tidak berselang lama, Bu Layla melangkahkan kakinya menuju musala. Tempat mengaji kelompok Ustaz Adhit. Tampak di dalamnya Fillio, Naufal, Qaleed, dan Ridho. Bu Layla ternganga melihat keberadaan Ridho. Apalagi, mereka berempat dalam posisi bermain kuda-kudaan.

“Astagfirullah,” batin Bu Layla. Saat itu juga, Bu Layla menegur dan meminta mereka berempat untuk ke ruangan Bu Layla setelah salat Duha.

Alhamdulillah, keempatnya memenuhi permintaan Bu Layla. Mereka duduk berjajar. Setidaknya, mereka sudah paham, apa yang akan Bu Layla sampaikan.

Yap, tentang insiden kuda-kudaan di musala ketika jam BAQ. Ekspresi Naufal yang terkaget, cukup menggambarkan bahwa mereka siap dinasihati dan menerima konsekuensi.

Pertanyaan Bu Layla sama untuk empat anak tersebut. Yaitu penyebab kejadian di jam BAQ itu. Jawaban mereka juga sama. Namun, ada satu hal yang berbeda. Pengakuan Ridho kepada Bu Layla. Ridho mengaku tanpa diminta. Dia mengakui bahwa ada dua kesalahan yang dilakukan. Yang pertama, tidak patuh dan sopan terhadap Ustaz Adhit. Yang kedua, Ridho tidak memenuhi pesan Bu Layla ketika BAQ. Meski sudah telanjur melakukan kesalahan, Ridho tetap berbesar hati dan berani untuk menyampaikan pengakuannya. Meski tertunda sekian menit, pengakuan itu membutuhkan upaya yang kuat dan keberanian yang cukup. Terima kasih, Ridho!

Bagikan:
4 thoughts on “Pengakuan yang Tertunda”
  1. Sifat utama para Nabi adalah jujur. Para pembelajar tidak akan ada artinya bila tak memiliki sifat ini.
    Secara fitrah, tiap manusia punya sifat jujur. Semoga kita dimudahkan utk menjaga sifat jujur ini.

  2. Ridho hebat sudah menunjukkan sikap kejujuran. Semoga menjadi contoh baik untuk teman-teman lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *