Selasa siang (12/09/2023), Bu Ambar (pegawai tata usaha) mengirimkan sebuah fail dokumen. Disertai takarir, “Bu Wiwik, minta tolong di-share ke grup kelas, njih. Matur nuwun.

Hanya dari nama failnya saja, dapat ditebak isinya apa. Namun, Bu Wiwik ingin memastikan. Ia buka fail dengan ekstensi PDF itu. Benar saja, isinya surat undangan penerimaan Laporan Tengah Semester (LTS).

Untuk meminimalisasi antrean, penerimaan LTS dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama diperuntukkan bagi siswa dengan nomor presensi 1–11. Sesi kedua untuk siswa dengan nomor presensi 12–22. Meski demikian, jika orang tua siswa menghendaki di luar jadwal tersebut, dipersilakan.

Jumat (15/09/2023), pukul 07.30, bunda Elora sudah hadir di kelas. Sebelumnya, beliau request kepada Bu Wiwik untuk mengambil lebih awal. Disepakati 30 menit sebelum jadwalnya. Elora juga turut membersamai sang bunda. Sebelum duduk di hadapan Bu Wiwik, Elora salim kepada guru-gurunya.

Bu Wiwik membuka map berisi beberapa lembar kertas berkop. Pada lembar pertama, terdapat angka-angka capaian belajar Elora. Di lembar kedua dan ketiga terdapat catatan anekdot yang memotret hal-hal kecil tentang keseharian Elora di sekolah. Tentang catatan anekdot ini pernah diulas di sini.

Bu Wiwik dan Bu Eva sebagai wali kelas, menjelaskan capaian Elora dari segi akademik, ibadah, dan karakter.

“Masyaallah, Mbak Elora ini rajin sekali salat Subuh di masjid. Kalau berdoa juga sangat khusyuk. Mengajinya juga rajin. Semoga selalu istikamah, ya, Nak,” jelas Bu Wiwik sambil mengamati jurnal PPK Elora.

“Iya, Bun. Mbak Elora juga sangat perhatian dan peduli dengan teman-temannya. Dia suka membantu dan sering mengingatkan teman-teman,” tambah Bu Eva.

“Alhamdulillah, Bu. Terima kasih atas bimbingannya. Titip Elora, nggih, Bu,” ucap Bunda Elora memungkasi percakapan.

Elora adalah tipe anak yang suka bercerita. Banyak hal tentangnya yang diketahui oleh guru-guru dan teman-temannya di kelas. Cerita dari Elora itu menjadi bahan perbincangan Bu Wiwik dan Bu Eva saat momen penerimaan LTS ini.

Lain halnya dengan Keenan. Ia anak yang pendiam. Beberapa fakta menggelitik justru terkuak dari sang ibunda. Saat Bu Wiwik menyampaikan perihal progres salat Keenan dari jurnal PPK, sang bunda sangat antusias.

“Ini tadi sebenarnya Keenan galau antara ikut ke sini atau di rumah, Bu. Dia tidak ingin salat Duhanya terlambat. Sepulang sekolah, dia juga belum mau tidur kalau belum salat Asar. Meskipun sudah mengantuk, Keenan ingin salat Asar dulu, baru tidur,” jelas bunda Keenan.

Mendengar ini, ada rasa haru, bahagia, bimbang, sekaligus takut yang berkecamuk di benak Bu Wiwik. Haru dan bahagia sebab muridnya–yang baru masuk SD kurang dari tiga bulan–sudah memiliki target setinggi itu tentang salatnya. Tidak hanya salat fardu, salat sunah pun Keenan istikamahkan. Kebimbangan dan ketakutan Bu Wiwik segera dikonfirmasikan ke bunda Keenan.

“Bunda, saya kok jadi khawatir, jangan-jangan Mas Keenan terlalu tertekan dengan adanya jurnal PPK ini, ya?”

“Tidak begitu, Bu Wiwik. Justru ini (jurnal PPK) menjadi motivasi bagi Keenan. Saya selaku orang tua juga sangat terbantu,” jelas bunda Keenan.

“Alhamdulillah, jika demikian, Bun.”

Jurnal PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) berisi ceklis kegiatan siswa. Mulai dari wudu, salat fardu, Duha, berdoa, belajar, hingga pembiasaan karakter baik. Setiap Senin, guru membagikannya kepada siswa. Senin pekan berikutnya, jurnal tersebut dikumpulkan kembali untuk direfleksi bersama. Begitu seterusnya.

Apa yang disampaikan bunda Keenan tak berbeda jauh dari bunda Bintang.

“Suatu ketika kami pergi ke luar kota, Bu. Bintang tak lupa membawa jurnal PPK-nya. Dia tidak ingin kelupaan mengisi jurnalnya,” jelas bunda Bintang.

“Bintang juga pernah bilang begini: Bu Wiwik dan Bu Eva itu memakai kerudungnya menutup dada. Saya mak deg, Bu. Sekaligus tersindir. Ini tadi pas mau berangkat, dia berkomentar: ‘pakai celana panjang itu boleh, tapi bukan yang memperlihatkan bentuk tubuh.”

Bu Wiwik dan Bu Eva terkesima mendengar penuturan bunda Bintang. Rupanya, Bintang yang kalem, cool, dan tidak banyak bicara, adalah seorang pengamat yang peka. Bu Wiwik dan Bu Eva belum pernah membahas tentang cara berpakaian mereka di hadapan para siswa. Hanya dengan mengamati, Bintang mampu menyimpulkan mana yang baik dan yang lebih baik.

Komunikasi langsung antara guru dan orang tua semacam ini sangat berfaedah. Ternyata banyak hal baru, unik, dan menggelitik yang terkuak. Pengalaman ini makin menyulut semangat Bu Wiwik untuk segera merealisasikan program berikutnya: Home Visit.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *