“Alhamdulillah, Bunda Asih naik jilid 2 halaman 21.”
Pesan itu saya terima dari Pak Aris. Bersamaan dengan pesan itu, juga terkirim foto Bunda Asih memegang buku Ummi Dewasa. Buku ini terdiri atas 3 jilid (jilid 1, 2, dan 3). Tiap jilid berisi 40 halaman. Tashih dilakukan tiap setengah jilid—20 halaman.
Pak Aris, kepala divisi QLC Hidayatullah, mengetes Bunda Asih pada Jumat, 7 Februari 2025. Memang Bunda Asih tergabung dalam kelompok Selamat. Kelompok ini mengaji dua kali tiap pekan: Selasa dan Jumat. Dan Jumat itu Bunda Asih mengikuti tes kenaikan. Sebetulnya terjadwal pukul 09.30. Namun, akhirnya tes baru dapat dilakukan pukul 10.00.
Saat kenaikan, Bunda Asih dites oleh Pak Aris, tetapi saat mengaji reguler dibimbing oleh Bu Rini. Demikianlah pola yang digunakan. Tashih tidak dilakukan oleh pembimbing, tetapi oleh pihak lain. Untuk menjaga standar bacaan. Dan fungsi check and balance.
Bunda Asih bergabung dengan QLC mulai akhir November 2024. Saat itu tes penempatan jilid dilakukan oleh Bu Noffa. Hasil tes, Bunda Asih mengaji mulai jilid 2 halaman 1. Maka, mudah dipahami saat tes kenaikan jilid, Pak Aris sangat penasaran dengan Bunda Asih. Usai tes, Pak Aris menanyakan beberpa hal terkait profil Bunda Asih.
“Bunda dari mana?”
“Saya wali murid SD 02, Ustaz.”
Ya, Bunda Asih memang wali murid SD Islam Hidayatullah 02. Putra beliau saat ini kelas 3. Namanya, Itaf Zahran Tajusa Rahmatillah. Biasa dipanggil Itaf. Di akhir semester gasal tahun ini, Itaf sudah mencapai tingkat tajwid—setelah menyelesaikan 6 jilid Ummi, Al-Qur’an awal, dan garīb. Dan 12 Februari 2025 Itaf telah mengikuti munāqasyah. Tes kelayakan membaca Al-Qur’an secara tartil.
“Kenapa Bunda ikut taḥsīn QLC?” selidik Pak Aris.
“Kalau saya menyimak bacaan Itaf, saya hendak membetulkan bacaan Itaf. Tapi saya justru disalah-salahkan Itaf. Itaf bilang, kata Ustazah, bacaan yang betul gak kayak gitu, tapi yang bener kayak gini.”
Memang selain membimbing bapak/ibu—usia dewasa—dari lingkungan sekitar, QLC juga menaungi guru-guru Al-Qur’an di PAUD hingga SMA Islam Hidayatullah. Mudah dipahami, bila wali murid PAUD hingga SMA Islam Hidayatullah mengikuti taḥsīn QLC, bacaan Al-Qurannya akan sama dengan yang diperoleh putra-putrinya.
Saya sangat salut dengan yang dilakukan Bunda Asih. Saya sadar betul, belajar di usia dewasa sangat berat tantangannya. Saya sering gagal menghadapi tantangan tersebut. Akibatnya, saya tidak jadi belajar. Maka, demi mendengar cerita Pak Aris, saya sangat mengapresiasi Bunda Asih. Sekaligus saya merasa malu, betapa saya masih sering bermalas-malasan.
Tentu saya juga bersyukur. Sekecil apa pun, cerita Pak Aris tetaplah menginspirasi saya. Untuk memperkuat diri, menghadapi tantangan belajar di usia dewasa. Beranikah saya menghadapinya? Wallāhu a’lam. (A1)
Baca juga: Manfaat