Yang satu bentuk semangka, satu lagi bentuk panda: kemasan permen yang Adys dan Celline bawa ketika BAQ. Mereka dapat dari Nirmala.

As-salāmu ’alaikum wa raḥmatullāhi wa barakātuh,” salam pembuka saya.

Wa’alaikumus-salām wa raḥmatullāhi wa barakātuh,” jawab anak-anak tak serempak.

Ada yang sibuk membereskan wadah buku ngajinya, ada juga yang masih melamun belum fokus. Begitu biasanya saya buka BAQ. Tak sekali dua kali. Ya, memang begitulah anak-anak belajar. Guru juga harus belajar. Justru gurulah yang belajar dari anak-anak. Kudu siap menghadapi mereka dengan kondisi yang random.

Kaifa ḥālukum?” tanya saya.

“Alhamdulillah, anā bikhairin,” jawab beberapa anak.

Adys dan Celline termasuk yang tidak menjawab. Mereka sibuk dengan benda asing bawaanya. Diputar-putar dan dilihat-lihat. Sampai akhirnya, karena kelengahan saya, Celline mencoba membuka kemasan itu. Terbukalah, dan ia tahu isinya: permen (semi) karet. Bentuknya bulat mengikuti kemasannya.

“Ustaz, permennya dibuka Celline,” seru salah seorang anak.

Lho, … kok dibuka? Disimpan dulu, ya, sekarang ngaji dulu!” respons saya.

“Nanti keburu basi, Ustaz,” sahut Celline dan Adys beralasan.

“Terus, ngapain dibuka dulu? Kan, ini waktunya ngaji?” tanya saya.

“He-he,gak pa-pa, Ustaz,” jawab Celline menyeringai.

Emang, mau dimakan sekarang?” tanya saya ngetes.

He-he, … enggak, Ustaz,” responsnya.

Saya pun tak terlalu fokus ke Celline. BAQ segera saya lanjutkan. Tak lama, permen satunya (yang dipegang Adys) ikut terbuka.

“Ustaz, punya Adys juga kebuka,” seru salah seorang dari mereka.

Lho, … kok punya Adys dibuka juga?” selidik saya.

“Itu, … yang buka Celline, Ustaz,” sahut salah seorang anak.

Seketika mata satu majelis tertuju ke Celline. Dengan wajah menyeringai seakan merasa bersalah

“He-he, …,” respons Celline.

Hmm, … ya, sudah, dimakan dulu saja, permennya,” perintah saya.

Nggak, Ustaz,” jawab Celline menyeringai lagi. Dikira saya marah.

“Sudah, … ndak apa-apa, daripada dibuat mainan,” bujuk saya.

Mungkin karena melihat saya tidak marah, akhirnya mereka menyantap permen itu.

Hmm, … manis, ada selai stroberinya …!” seru Adys.

 “Sudah, … segera dihabiskan!” tegas saya.

Izin saya, bukan berarti melegalkan membawa makanan atau bahkan memakannya ketika BAQ. Murni karena kelengahan saya. Sebenarnya, sudah ada peraturan kelompok yang telah disepakati bersama. Yaitu tidak boleh membawa benda—selain  untuk mengaji. Saya saja yang kurang konsisten dalam menegakkan peraturan tersebut.

Itulah sisi gelap menjadi guru. Sedikit kelengahan, segala sesuatu bisa terjadi. Ekstremnya, kenakalan siswa, secara tidak langsung guru turut bertanggung jawab di dalamnya. Mengapa demikian? Bukankah tugas guru hanya mengajar? Eits, tunggu dulu. Secara umum, sih, memang tugas guru hanya mengajar. Eh, ndak, ding, mendidik juga. Sebenarnya tugas guru itu ada empat.

Baca juga: Empat Tugas Guru.

Celline dan Adys adalah pelajar. Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan hak mereka sebagai pelajar. Perbuatan mereka merupakan contoh kecil kejanggalan dalam dunia pendidikan. Tapi tak boleh ada kelengahan sedikit pun terjadi. Guru harusnya peka terhadap segala yang terjadi. Kelebihan atau kekurangan siswa harus terdeteksi dan ditindak. Jika itu kebaikan sebisanya guru mengapresiasi. Jika keburukan maka harus direfleksi. Kata Pak Kambali kepada saya, “Pelanggaran anak-anak itu pasti ada, yang tidak boleh adalah pembiaran.”

Adys (barisan putri paling kiri) dan Celline (barisan putri paling kanan) saat KBM BAQ semester gasal tahun ajaran 2024/2025 (masih kelompok Bu Wiwik)

Mereka berdua menjadi objek belajar saya kali ini. Dari kelengahan saya, mereka adalah guru bagi saya. Saat mereka memainkan permennya, mereka mengajari saya betapa pentingnya ketelitian, perhatian, konsentrasi, kesabaran, konsistensi, dan jika ditelaah lebih dalam masih banyak lagi pelajaran yang harus saya gali.

Alhamdulillah, setelah saya refleksi kejadian tersebut, hari-hari berikutnya tidak ada lagi yang membawa benda-benda asing apalagi makanan seperti yang mereka bawa. Semoga saya diberikan oleh Allah Swt. kemudahan untuk mengawal belajar anak-anak. Dan semoga anak-anak merasa nyaman ketika belajar dengan saya. Amin.

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code