Pekan ini, pembelajaran IPAS diisi dengan materi denah lingkungan rumah dan Sekolah. Tepatnya, anak-anak belajar memahami tata letak sebuah ruangan dan lokasi suatu tempat. Pekan kemarin, anak-anak sudah belajar “Denah Rumahku”. Berikutnya, akan masuk pada materi “Denah Sekolah”.

Dulu, saya pikir, menjadi guru itu hanya menyiapkan materi di setiap pertemuan dan hanya bermodalkan buku pelajaran saja. Ternyata, menjadi guru tidak sesederhana itu. Setiap harinya, guru harus putar otak mencari cara agar pembelajarannya lebih seru dan menyenangkan.

Pada Pembelajaran IPAS kali ini, saya membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga sampai empat anak. Setiap kelompok akan menyelesaikan misi mencari pertanyaan yang sudah saya buat dan tempelkan di beberapa tempat yang ada di lantai 2. Untuk menyelesaikan misi ini, setiap kelompok perlu memahami denah lokasi yang saya berikan. Dalam denah sudah ditandai di mana saja terdapat pertanyaan. Setelah anak menemukan tempat yang dicari, barulah mereka menjawab pertanyaan dan menuliskan jawabannya di kertas yang sudah disediakan.

Alhamdulillah, pembelajaran kali ini terlihat menyenangkan. Anak-anak begitu antusias mencari lokasi menggunakan denah dan dengan semangat menjawab pertanyaan. Setelah semua pertanyaan terjawab, lembar kerja dikumpulkan kembali kepada saya. Kelompok Ridho menyelesaikan misi paling awal.

  “Bu, kelompok saya sudah selesai,” ucapnya sambil memberikan lembar jawaban.

            “Wah, keren! Silakan, boleh duduk di kantin dulu, sembari menunggu yang lain selesai.”

            “Huh, capek saya, Bu,” keluh Ridho.

            “Silakan, boleh minum dulu.”

            “Saya puasa, Bu.”

            “Masyaallah, maaf, ya, Mas Ridho. Bu Puput malah bikin capek. Masih kuat, gak?”

            “Masih, Bu.”

Gedung baru ini memang lebih luas jika dibandingkan dengan gedung lama. Jadi, saya berpikir, mungkin saja anak-anak merasa lelah karena harus mencari 7 pertanyaan yang saya taruh di berbagai tempat di lantai 2.

            “Mas Ridho tadi sahur, gak?” tanya saya.

            “Sahur, Bu, disuapin Mama, tapi Mama enggak puasa karena lagi haid.”

            “Loh, disuapin? Segede ini masih disuapin?” goda saya.

            “He-he, kan, saya masih ngantuk.”

            “Semoga puasanya kuat sampai magrib, ya.”

Setelah lelah menyelesaikan misi menjawab tujuh pertanyaan, kesabaran Ridho kembali diuji dengan keusilan Adit. Adit memberi tahu kelompok lain di mana letak soal-soal ditempelkan. Menurut Ridho, Adit tak perlu memberi tahu kelompok lain. Adit satu kelompok dengan Ridho. Kelompok lain bukanlah urusan kelompoknya. Bahkan, sudah ditegur oleh Ridho pun, Adit tetap saja memberi tahu kelompok lain. Kesabaran Ridho hampir habis. Ridho memilih abai dan menjauh dari Adit untuk menenangkan diri. Ia ingat bahwa saat itu dia masih dalam keadaan berpuasa. Apabila ia marah, pahala puasanya akan berkurang.

Tidak hanya sampai di situ, Ridho kembali membuat saya kagum. Saat makan siang, Ridho memberikan makan kateringnya untuk Sultan, yang tentu saja disambut hangat oleh Sultan.

Keesokan harinya, saya tanyakan ke Ridho, apakah puasa kemarin tuntas sampai magrib atau tidak. Alhamdulillah, Ridho menyelesaikan puasanya hingga magrib. Ia juga bercerita bahwa mamanya memberi kesempatan untuk bermain HP dari pukul 16.00 hingga menjelang tidur. Ia mengaku bahwa itu adalah hadiah dari mamanya jika Ridho berhasil menyelesaikan puasa hingga magrib.

Terima kasih Mas Ridho, untuk setiap kebaikan yang dilakukan. Semoga Allah membalas kebaikan Mas Ridho dengan beribu-ribu pahala.

 

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code