Tak ada nasi. Istri sedang pergi. Saya di rumah hanya sendiri. Speaker masjid sudah berbunyi. Waktu magrib tak lama lagi. Apa yang mesti saya lakukan untuk ta’jīlu al-fiṭri?
Maksud hati hendak membeli nasi ke warung. Namun, saya tersandera kesibukan lain. Tiba-tiba sudah hampir magrib. Jika saya paksakan ke warung, bisa-bisa saya terlena dan ketinggalan jemaah Magrib.
Saya ke meja makan. Barangkali ada solusi. Alhamdulillah, ada buah pisang. Satu buah. Ada madu, tapi kurma sudah habis. Air minum bening sudah siap.
Allāhu akbar, Allāhu akbar, …
Kumandang azan Magrib sudah terdengar.
Saya bersegera minum air bening lanjut madu.
Aha, ternyata ada barang istimewa di sebelah tudung saji! Berbentuk kotak. Berwarna-warni. Di bagian atas ada gagang cantolannya. Tampak sangat cantik dan estetik. Itu sungguh sangat mengesankan dan membuat saya tertarik. Namun, saya sedang tidak butuh kenampakan luar barang itu. Ada yang lebih penting dan lebih saya butuhkan: isinya!
Saya ambil barang itu. Lalu saya buka. Saya ambil isinya: kue. Saya santap. Nikmat sekali rasanya. Dan yang lebih membahagiakan, benar-benar kue itu dapat memenuhi kebutuhan saya. Tidak terlalu sedikit. Pun tidak terlalu banyak. Pas. Setelah itu, saya bergegas mengikuti jemaah Magrib. Kondisi perut begitu nyaman. Tidak lapar, tetapi tidak pula kekenyangan.
Alhamdulillah. Terima kasih, Sabrina dan murid-murid kelas 3. Ya, sekitar pukul 13.00 Sabrina menemui saya.
“Ini untuk Pak Kambali,” ujar Sabrina. Ia berujar sembari menyerahkan kotak warna-warni itu.
“Alhamdulillah. Terima kasih, Sabrina. Ini dari Sabrina?”
“Bukan. Dari teman-teman.”
“Yang mbikin ini siapa?”
“Teman-teman.”
“Oh, memang Pak Kambali dapat jatah, ya?”
“Iya.”
“Terus, tadi Sabrina ikut menghias cup cake, pa ga?”
“Ikut.”
“Bisa?”
“Bisa.”
“Kalau menggoreng donatnya?”
“Bisa.”
“Alhamdulillah. Baik, terima kasih, ya, Sab. Nanti sampaikan terima kasih Pak Kambali kepada teman-teman!”
Memang Kamis (09/01/2025) itu kelas 3 terjadwal berkegiatan “Wali Murid Mengajar”. Hari itu terjadwal Bu Dian Susilowati, mama Fillio. Bu Dian mengajari murid-murid kelas 3 menggoreng donat, menghias donat, dan menghias cup cake. Mulai pukul 08.00 hingga 11.20. Tiga tempat digunakan untuk kegiatan tersebut. Ruang kelas 3, selasar depan kelas 3, dan kantin.
Murid kelas 3 tak hanya diajari keterampilan menggoreng dan menghias. Lebih dari itu, mereka juga sekaligus diajari kepedulian. Mereka berbagi kepada yang lain. Adik-adik kelas—kelas 1 dan 2—termasuk yang mereka beri. Saya membayangkan, betapa bahagianya adik kelas 1 dan kelas 2 menerima pemberian dari kakak kelas. Apalagi itu hasil jerih payah murid kelas 3 sendiri.
Ups, ternyata saya tak hanya sekadar bisa membayangkan. Bahkan, saya merasakan dan mengalami sendiri. Kue pemberian Sabrina dan teman-temannya sangat berarti bagi saya. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan perut saya, tetapi sekaligus mempermudah saya menjalankan sunah Rasul. Bukankah ta’jīlu al-fiṭri adalah sunah Rasul?
Sekali lagi, terima kasih, Sabrina dan anak-anakku kelas 3. Dan itu semua juga tidak bisa terwujud tanpa peran serta dan kemurahan hati Bu Dian. Terima kasih, Bu Dian. Apresiasi setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Bu Dian. (A1)
Baca juga: Dukungan Orang Tua