“Bu, belnya berapa menit lagi?” tanya seorang anak.
Saya mengalihkan pandangan dari layar laptop. Beralih ke si penanya. Ibu jari dan kelingking saya rekatkan. Tiga jari lainnya saya tegakkan. Si penanya mengangguk. Ia segera mengabarkan ke khalayak.
“Tiga menit lagi bel!” serunya.
Murid-murid berdatangan. Kebanyakan berpeluh. Anak-anak menyerbu loker. Loker yang dimodifikasi. Dua loker besi berwarna biru putih itu masing-masing terdiri atas 18 bilik. Berderet horizontal 3 bilik dan bersusun vertical 6 bilik. Loker setinggi 6 bilik tersebut tak terjangkau oleh anak seusia kelas 1 SD. Demi tetap berfungsi, loker itu sengaja direbahkan. Posisinya bukan berdiri tegak, melainkan terbaring membujur. Alhasil, bukan 3 × 6, melainkan 6 × 3. Di atas loker, berjajar botol-botol minum anak-anak.
Saya amati penjuru kelas. Ups, ada yang ganjil. Salah satu kursi di kelompok Panda belum dimasukkan ke kolong meja. Meja kursi kelompok Panda berada tepat di depan loker. Ternyata, Alzam memanfaatkan kursi yang ganjil tadi. Alzam minum sambil duduk di kursi tersebut. Saya sempat berharap pada Alzam. Rupanya, harapan saya pupus. Selesai minum, Alzam duduk di karpet.
Di belakang Alzam ada Arka. Arka juga hendak minum. Arka melirik kursi ganjil tadi. Saya berharap (lagi). Ternyata, Arka memilih minum sambil duduk di lantai. Harapan saya pupus lagi. Hampir saja saya hendak memanggil si empunya kursi. Untungnya, saya urungkan. Harapan saya bertunas!
Selesai minum, Arka memasukkan kursi ganjil ke kolong meja. Kursi itu tak lagi terlihat ganjil. Ia sama seperti kursi-kursi lainnya. Berdesir hati ini menyaksikan aksi Arka. Tak hanya itu. Ternyata di dekat kursi tadi, ada sebuah kotak pensil bergambar mobil yag tergeletak di lantai. Arka juga mengambil dan memasukkannya ke dalam laci. Makin takjub saya.
Tersisa satu menit menuju bel. Saya menyeruput air putih dari tumbler. Lalu bersiap melanjutkan kegiatan berikutnya.
“Teman-Teman, sebelum belajar, Bu Wiwik mau bercerita dulu. Tadi, Bu Wiwik melihat Anak-Anak saat minum. Alhamdulillah, Bu Wiwik dan Bu Eva bangga, anak-anak minumnya sudah sesuai adab. Sudah enggak ada lagi ‘sapi’ di kelas kita.”
“Lalu, di kelompok Panda ada kursi yang belum ditutup. Di belakang kursi itu ada salah satu teman kalian yang sedang minum sambil duduk di lantai. Tanpa Bu Wiwik minta, dia dengan sukarela menyurukkan kursi itu. Padahal, itu bukan kursinya ataupun kelompoknya. Ternyata, dia juga merapikan kotak pensil yang jatuh di dekat kursi.”
“Arka,” tebak Rafka.
“Iya, betul, Mas Rafka. Anak itu adalah Arka. Mas Arka ini setiap hari juga membersihkan karpet kalau habis makan siang. Dan Mas Arka tidak bilang apa pun ke Bu Guru. Mas Arka mengerjakan kebaikan insyaallah karena ikhlas.”
Murid-murid menyimak dengan penuh sungguh. Refleksi hari itu diakhiri dengan pemberian bintang kepada Arka. (A2)