Sebetulnya saya sangat ingin menyaksikan langsung kegiatan itu. Namun, apa boleh buat, bebarengan dengan acara lain: rapat. Saya harus menghadiri rapat tersebut. Sempat terpikir untuk mengganti pelaksanaan kegiatan itu di hari lain. Hanya saja, saya pikir itu tidak tepat. Masa untuk kepentingan saya pribadi, berdampak pada kebijakan sekolah secara umum. Maka, saya harus berlatih legawa, sekadar mendengar laporan kegiatan Rabu (30/10/2024) itu.
Kegiatan yang saya maksud adalah Entrepreneur Cilik. Bentuk kegiatannya, jual beli. Penjualnya, murid. Pembelinya, juga murid. Ups, guru dan karyawan non-guru juga boleh membeli. Waktunya menggunakan jam istirahat. Penjualnya dibatasi. Hanya 6 anak. Pun itu hanya untuk yang sudah duduk di kelas 3. Murid kelas 1 dan 2 belum dilibatkan sebagai penjual. Direncanakan dilakukan secara rutin. Sepekan sekali.
Rabu itu perdana. Saya sangat penasaran. Bagaimana pelaksanaannya? Sudahkah mengarah pencapaian tujuan? Masalah apa saja yang muncul? Adakah kejadian khusus yang perlu tindak lanjut? Dan seterusnya.
Sayang, saya harus rapat. Bahkan, rapat Rabu itu lebih banyak dari Rabu biasanya. Ada empat rapat yang harus saya ikuti. Dengan beragam penyelenggara. Paling awal dengan Direktur LPI, dimulai pukul 07.45. Paling akhir dengan K3S Kecamatan Banyumanik, terjadwal pukul 12.30—15.00.
Usai rapat dengan K3S, saya sudah tidak sabar. Saya ingin tahu pelaksanaan Entrepreneur Cilik. Namun, tiba di Sekolah, saya harus salat Asar dulu. Kebetulan saya masih bisa mengikuti jemaah Asar di Sekolah. Jemaah Asar berakhir, tak berselang lama saya mendapatkan gambaran pelaksanaan Entrepreneur Cilik tadi pagi. Secara umum lancar, tidak ada halangan yang berarti.
Namun, Bu Wiwik dan Bu Shoffa kompak menyampaikan bahwa waktu istirahat molor. Molornya 10 hingga 15 menit. Tepatnya di istirahat pertama. Adapun yang istirahat kedua, tidak molor.
“Kenapa molor?” selidik saya.
“Antreannya panjang, Pak,” jawab Bu Wiwik.
“Berapa antrean?”
“Empat antrean. Dua antrean di depan kelas 3, dua antrean di depan TU.”
“Anak-anak berebut?”
“Mboten, Pak. Anak-anak antre dan tertib. Mungkin ini juga berpengaruh: beberapa penjual masih belum cepat menghitung uang kembalian.”
Saya sangat bersyukur. Anak-anak tetap mengantre dan menjaga ketertiban. Itu artinya anak-anak mendapatkan edukasi selama kegiatan Entrepreneur Cilik. Termasuk mereka yang butuh waktu lama saat menghitung uang kembalian. Dan mereka menjalaninya dalam proses jual beli jajan. Saya meyakini, anak-anak menikmati proses tersebut. Dan mereka mendapat pembelajaran bermakna. Alhamdulillah.
Baca juga: Pemandangan Indah
Bagaimana dengan waktu istirahat yang molor? Itu masih banyak kemungkinan. Bisa jadi karena baru kali pertama. Masih butuh penyesuain dalam banyak hal. Saya teringat dengan kegiatan Duha di awal tahun 2022/2023. Juga molor. Cukup lama. Hampir 30 menit. Namun, seiring waktu, lama-kelamaan molornya berkurang. Dan setelah berjalan sekitar 1 bulan, sudah tidak molor lagi. Saya berpikir, bisa jadi Entrepreneur Cilik juga demikian.
Bagaimana jika tidak demikian? Andaikan memang butuh waktu yang melebihi sekitar 10 hingga 15 menit, saya pandang tidak masalah. Bukankah dalam selang waktu tersebut anak-anak juga mengalami proses pembelajaran? Bukankah anak-anak juga belajar tertib? Bukankah mereka juga belajar antre? Bukankah mereka juga belajar berhitung? Jelas itu sangat bermanfaat bagi anak-anak.
Baca juga: Penyemangat
Jadi, saya tetap sangat bersyukur atas pelaksanaan Entrepreneur Cilik ini. Dan sudah pasti ini semua berkat kerja keras guru-guru, wali murid, dan semua pihak terkait. Sudah sepatutnya saya berterima kasih kepada semua pihak tersebut. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. (A1)