“Astagfirullah. Lambang kelompok belum dipindahkan!” batin saya saat masuk ruangan kelas 3.
Di kelas 3 terdapat tujuh kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3—4 murid. Tiap-tiap kelompok mempunyai lambang kelompok yang telah disepakati bersama. Lambang kelompok ditempelkan pada pembatas buku dari besi dan berada di atas meja. Setiap pekan, pembatas besi tersebut dipindah dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Tujuannya, agar anak-anak merasakan dan memilih tempat duduk yang nyaman. Namun, pekan tersebut saya terlupa memindahkannya.
Kebetulan hari itu, saya kedahuluan murid-murid. Sudah ada tiga murid yang tiba di kelas: Adit, Fillio, dan Naren.
Saat saya menaruh tas, Naren dan Fillio menghampiri, kemudian meminta salim.
“Kok, enggak ada yang lapor, ya? Apa jangan-jangan mereka belum ngeh?” batin saya bertanya-tanya.
Saya pun menyoroti lambang-lambang kelompok. Ooo, ternyata sudah dipindahkan, toh. Alhamdulillah. Ini pasti Bu Puput yang memindahkan.
Rasanya tak sabar ingin segera bertemu dengan Bu Puput dan mengucapkan terima kasih sudah membantu melengkapi atas kelalaian saya.
“Bu Puput, makasih, nggih. Sudah mindahin lambang kelompoknya. Kemarin Sabtu saya terlupa,” ucap saya.
“Saya mboten mindahin, Bu. Kemarin saya juga lupa, kok,” terang Bu Puput.
La, terus. Ini yang mindahin siapa? Apa mungkin anak-anak?”
Saat istirahat, saya pun menghampiri Fillio dan bertanya mengenai pemindahan lambang kelompok, “Fillio, tahu, enggak? Siapa yang mindahin lambang kelompok?”
“Saya sama Adit, Bu,” akunya.
“Wah. Masyaallah. Yang ngajak duluan siapa, Fil?”
“Saya, Bu.”
“Emang ceritanya gimana, Fil?”
“Kemarin Sabtu pas ikut olimpiade, lambang kelompoknya kan belum dipindahin, Bu. Kok belum dipindah, ya? Ah, paling nanti juga dipindahin sama Bu Guru. Terus tadi pagi pas sampai di kelas, sudah ada Adit. Saya datang nomor 2. Kok belum dipindah juga, ya? Apa jangan-jangan Bu Guru lupa? Terus saya ajak Adit, deh, buat mindahin lambang kelompoknya,” terang Fillio.
“Wah, masyaallah. Terima kasih, ya, Fil! Keren, itu! Maafin Bu Shoffa sama Bu Puput lupa mindah lambang kelompoknya.”
“Sama-sama, Bu.”
Lagi dan lagi. Anak-anak membuktikan bahwa mereka meniru apa yang menjadi kebiasaan bapak/ibu gurunya. Terima kasih, Fillio dan Adit! Semoga Allah mudahkan kalian dalam menebar manfaat. Amin.