Sepuluh anak duduk di atas hamparan karpet di musala dengan membentuk formasi melingkar. Meja lipat kecil turut serta ditata mengikuti bentuk formasi duduk. Dengan duduk bersila, tangan yang terlipat di atas meja, dan tak lupa buku jilid yang menanti untuk dibuka, menjadi pertanda bahwa mereka sudah siap mengikuti pelajaran BAQ.
Saya turut duduk di antara mereka. Saya tatap satu per satu wajah-wajah mereka yang imut nan menggemaskan. Terpampang jelas raut muka riang dan antusias. Yang menandakan semangat membara untuk belajar mengaji. Saya pun segera memulai pembelajaran.
Satu demi satu anak-anak mendapat giliran membaca. Satu anak membaca, yang lainnya menyimak. Begitu pun seterusnya. Lima anak berada di jilid 4. Empat anak berada di jilid 3. Dan satu anak berada di jilid 2.
“Sekarang giliran Alfa yang membaca,” instruksi saya. “Ayo, Nak.”
Alfa pun membaca jilid 2 halaman 35. Tiba-tiba Khalifa menyela, “Astagfirullah.”
Pertanda bahwa yang membaca saat itu belum benar. Setelah membaca kalimah istigfar, Khalifa melanjutkannya dengan membacakan bacaan yang benar.
***
Kamis, (03/10/2024). Sebagian anak dari kelompok BAQ kelas 1 saya mengikuti tes kenaikan dari jilid 2 ke jilid 3. Khalifa dan Alfa termasuk anak yang mengikuti tes. Hasilnya: Alfa harus mengulang dan memperbaiki beberapa halaman lagi. Sedangkan Khalifa dan teman-temannya tuntas dan naik jilid.
Hari kedua setelah tes kenaikan jilid. Semua anak yang lulus tes sudah membawa jilid yang baru: jilid 3. Tidak dengan Alfa yang masih membawa jilid 2. Materi baru di jilid baru pun dipelajari dengan penuh semangat. Alfa, yang sebelumnya duduk bersebelahan dengan Khalifa, saya pindah ke samping saya, dengan harapan saya lebih intensif menyimaknya.
Alfa mendapatkan giliran membaca jilidnya. Saya lihat semua anak menyimak hanya dengan mendengarkan saja, karena sudah tidak membawa buku jilid 2 lagi. Terdengar Alfa membaca bacaan di halaman itu belum benar. Dengan cepat, Khalifa langsung menyahutnya dengan membaca istigfar. Bacaan yang benar, tak lupa Khalifa contohkan. Seketika saya tertegun. Saya langsung melirik meja lipat kecil di depan Khalifa. Ternyata, saya tadi salah lihat. Khalifa membawa jilid 2. Ia membuka dan menaruhnya tepat di bawah jilid 3 yang juga terbuka. Saat Alfa membaca, Khalifa menggesernya sehingga terlihat jilid 2 yang terbuka.
Saya jadi teringat. Hampir tiap hari, Alfa dan Khalifa saat mengaji tempat duduknya sering bersebelahan. Mungkin karena itu, secara tidak langsung mereka menjadi akrab saat mengaji. Khalifa tetap setia menemani Alfa menjalani remedi. Dibuktikan dengan semangatnya saat menyimak Alfa walaupun Khalifa sudah berganti jilid. Ini juga menjadi salah satu kelalaian saya. Mestinya saya minta anak-anak sudah berganti jilid untuk tetap membawa jilid sebelumnya. Dengan demikian, mereka dapat menyimak bacaan temannya yang belum naik jilid. Secara tak langsung, Khalifa telah mengingatkan saya. Terima kasih, Khalifa!