“Bu, pengin di karpet,” ucap Fillio sebelum salat Duha dimulai.

Belum sempat saya merespons. Qaleed langsung gercep. Ia memegang bahu Fillio dan menggesernya ke saf kedua. Tepatnya di karpet. Saya pun dibuat tertegun.

“Hmmm. Sudah,” respons Qaleed sembari meragakan telapak tangannya yang terbuka di depan bahu. Menandakan bahwa Fillio sudah berada di karpet sesuai keinginannya.

Sejenak saya terdiam. Ingin melihat bagaimana respons Fillio.

“Kok, di sini, sih?” protes Fillio.

“Katanya pengin di karpet?” jelas Qaleed.

“He-he,” jawab Fillio dengan malu.

Awal tahun ajaran baru 2024/2025, Sekolah mempunyai gebrakan baru. Salah satunya, menuntaskan rukun salat murid kelas 3. Berdasarkan hasil tes rukun salat tahun lalu, baru ada enam anak yang lulus: Itaf, Ridho, Langit, Nadia, Cemara, dan Adia.

Usai MPLS, tim guru kelas 3 mantap untuk mempraktikkannya. Dengan konsep, enam anak yang sudah lulus, salatnya seperti orang dewasa pada umumnya. Tidak bersuara. Mereka juga diberi kepercayaan untuk melatih enam anak lainnya yang belum lulus: Hafidz, Qaleed, Fillio, Kalynn, Adit, dan Haqqi.

Kemudian dua belas anak ini salatnya terpisah dari teman-teman lainnya. Mereka salat di ruang musala. Dan anak-anak lainnya salat di kelas.

Seiring berjalannya waktu, anak yang lulus tes rukun salat makin bertambah. Mulanya hanya enam anak. Saat ini menjadi lima belas anak. Lima anak putri dan sepuluh anak putra.

Fillio, salah satu anak yang sudah lulus tes rukun salat. Mereka diberi apresiasi untuk salat di saf pertama.

Namun, kala itu ia salat di saf kedua. Ia pengin di karpet. Karena saf pertama sudah penuh hingga tepi karpet. Bahkan melebar ke ubin.

Fillio menyampaikan kegundahannya. Tak disangka, Qaleed, yang berada di sampingnya, langsung tanggap. Memindahkan Fillio ke karpet. Namun, di saf kedua. Kebesaran hati Fillio patut diacungi jempol. Ia tidak marah. Apalagi menangis. Keberanian Qaleed pun patut diapresiasi. Terima kasih, Fillio dan Qaleed!

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code