“Alhamdulillah, sudah pada duduk tertib,” batin saya ketika melihat kelompok BAQ saya kelas 3.
Pelajaran BAQ pun dimulai. Hingga tahap tahfiz.
“Kita mulai dengan murajaah surah Al-Fīl terlebih dahulu, ya,” instruksi saya.
Anak-anak membaca surah Al-Fīl dengan semangat.
“Selanjutnya, murajaah surah Al-Muṭaffifīn ayat 1—2,” instruksi saya lagi.
Anak-anak membaca surah Al-Muṭaffifīn ayat 1—2 dengan semangat juga.
“Tangan dilipat!” aba-aba saya.
“Menghadap Ustaz Aruf,” balas anak-anak.
“Hari ini kita akan menghafal surah Al-Muṭaffifīn ayat 3. Perhatikan, ya.”
Saya mencontohkan bacaan surah Al-Muṭaffifīn ayat 3. Anak-anak memperhatikan dan mendengarkannya. Kemudian kami membaca ayat tersebut berulang-ulang sampai dirasa sudah siap untuk saya evaluasi.
Tiba waktunya mengevaluasi hafalan. Satu per satu, anak-anak saya evaluasi. Alhamdulillah, beberapa anak lancar. Kemudian berhenti pada seorang anak: Sabrina. Ia membacanya belum lancar. Kemudian dicoba beberapa kali lagi dan masih belum lancar. Akhirnya, saya melewatinya sementara, dengan harapan Sabrina bisa menyimak lebih banyak lagi bacaan anak berikutnya, sembari menghemat waktu juga. Saya mengalihkan ke anak berikutnya lagi: Hasna. Alhamdulillah, Hasna membaca dengan lancar. Kemudian saya menunjuk anak berikutnya lagi: Lintang. Tak sengaja saya mendengar Sabrina berbicara dengan Hasna dengan suara pelan, “Has, ajarin!”
“Iya,” jawab Hasna.
Kemudian Hasna mengajari Sabrina dengan suara yang pelan. Setelah menunjuk Lintang, saya menunjuk Sabrina lagi. Dan alhamdulillah, ia bisa membaca hafalannya dengan lancar setelah diajari oleh Hasna.
Saya sedang mengevaluasi bacaan beberapa anak yang sudah jilid 6: Haqqi, Fillio, Kennard, dan Lintang. Tak sengaja saya melihat Hasna meminta Sabrina untuk mengajarinya jilid 5. Sabrina pun, yang juga masih jilid 5, dengan legawa mengajari Hasna dengan suara pelan. Saya membiarkannya. Saya rasa tidak mengganggu pembelajaran. Justru membantu dalam pembelajaran. Di sisi lain, saya juga harus berhati-hati, jika berlebihan nanti bisa merembet pada kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti mengobrol.
Alhamdulillah. Saya merasa senang melihat Sabrina dan Hasna, yang saling membantu. Hasna membantu Sabrina melancarkan hafalan. Tidak kalah juga, Sabrina membalas dengan membantu Hasna melancarkan bacaan jilid 5. Tanpa disadari, Sabrina dan Hasna telah memanfaatkan waktu menunggu giliran membaca jilid dengan belajar. Tak sampai di situ, keduanya juga mendapatkan keuntungan: sama-sama terbantu. Kerja bagus, Sabrina dan Hasna!