Hari Senin dan Selasa, kelas 1 diawali BAQ. Namun, berbeda dengan hari Rabu. Ada pelajaran olahraga terlebih dahulu kemudian BAQ. Supaya ketika olahraga, sinar matahari belum terlalu terik.

Biasanya, pelajaran olahraga disudahi sebelum bel. Jadi, murid-murid masih punya sisa waktu untuk beristirahat. Termasuk pagi ini, olahraga dicukupkan oleh Pak Kukuh pukul 08.07.

Azka dan Rafka anak yang pertama masuk kelas.

“Teman-Teman boleh makan dulu. Waktunya 5 menit, ya,” kata saya.

Azka meneruskan informasi dari saya ke teman-temannya yang baru masuk.

Azka menghampiri saya dengan membawa plastik yang diikat berisi makanan.

“Bu Eva, tolong bukain,” katanya.

Saya melihat dulu tingkat kesulitannya. “Sepertinya Azka bisa,” batin saya.

“Coba, Mas Azka, tangan kanannya pegang yang ini. Tangan kiri pegang sini,” perintah saya sembari menunjuk bagian plastik yang diikat.

“Wah, bisa, Bu,” ucap Azka senang.

“Saya mau baca buku aja, ya, Bu?” pinta Javier.

“Boleh,” respons saya.

Setelah makin banyak murid yang masuk ke kelas, saya mengingatkan ulang.

“Teman-Teman, waktu makannya hanya 5 menit. Jadi, fokus, ya,” ucap saya.

Murid-murid bisa memahami, karena memang butuh persiapan mengaji nantinya. Meski tidak semuanya menggunakan sisa waktu untuk makan. Ada juga yang membaca buku.

Tetiba, “celepik!” suara tumpukan kertas LK di atas meja saya  jatuh ke lantai. Ada yang tidak sengaja menyenggolnya.

“Maaf,” ucap Gabi sembari menatap saya dengan rasa bersalah.

 “Iya, gak pa-pa, Gabi.”

Tanpa diminta, Gabi buru-buru memunguti kertas-kertas itu.

Gabi tidak melakukannya sendiri. Atas kepekaanya, Nirmala dengan cepat membantu Gabi. Tanpa ragu, Kaisar yang posisi duduknya di depan meja saya juga turut membantu meski ia sedang makan. Tangan kirinya mengambil beberapa kertas di lantai dan meletakkan di atas meja saya. Bersama-sama mereka dengan cepat mengumpulkan semua kertas yang terjatuh.

“Maaf, yaa,” ucap Gabi lagi.

Sepertinya ia merasa tidak enak. Wajahnya menampakkan penyesalan.

“Iya, Nak, gak pa-pa. Terima kasih, ya, Gabi, Nirmala, dan Mas Kaisar, sudah saling membantu,” ucap saya.

Ketiga anak itu membalas dengan tersenyum.

Itulah sahabat, saling mendukung dan saling menolong. Terutama saat ada yang membutuhkan bantuan.

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code