Screenshot

Tiba waktunya persiapan salat Zuhur. Murid-murid kelas 1, yang baru beberapa bulan belajar di sekolah, antusias ketika mendengar panggilan untuk persiapan wudu. Beberapa di antara mereka masih kesulitan membuka kancing lengan dan melipat lengan baju dan celana dengan rapi. Mereka tak segan meminta bantuan gurunya.

Semua murid kelas 1 telah menuju tempat wudu lebih dulu. Saya dan Bu Wiwik mengekor.

Awalnya baru kelas 1 yang mengantre wudu. Selang beberapa menit, kelas 2 menyusul. Tak berselang lama, kelas 3 menyusul. Suasana menjadi ramai, tetapi ketertiban tetap terjaga.

Selesai wudu, saya langsung menuju musala. Saat melewati lorong, saya berpapasan dengan beberapa murid kelas 3 yang baru menuju tempat wudu.

Seringnya, kelas 1 menjadi penghuni yang pertama tiba di musala. Maklum, karena pembelajaran di kelas sudah selesai lebih dulu. Di musala, mereka mulai mengatur saf. Murid laki-laki di depan, murid perempuan di belakang. Kami melantunkan Asmaulhusna sembari menunggu para jemaah masuk.

Suasana musala kian ramai. Murid-murid yang baru masuk langsung menempatkan diri. Terkadang juga ada yang bingung mau duduk di mana. Sebab, mulai tahun ajaran 2024/2025, saat jemaah Zuhur, saf salat murid putra diatur. Modelnya selang-seling. Baik murid kelas 1, 2, dan 3 tidak boleh berdampingan dengan teman sekelasnya. Kecuali jikalau memang saf salatnya sudah penuh. Artinya, adik kelas diapit oleh kakak kelas. Berbeda dengan saf salat murid putri yang dibebaskan. Akan diatur sesuai kebutuhan dan kondisi.

Dua hari berturut-turut saya mendapat jawaban mengapa harus dengan model selang-seling. Polah dua anak siang itu membuat saya kagum dan bangga. Yang satu, ketertibannya sudah teruji. Yang satunya, aktif tidak bisa diam tetapi nurut.

Hafiz duduk bersila dengan tenang. Saat adik kelas di sebelahnya itu banyak gerak atau toleh-toleh, Hafiz sebagai kakak kelas gercep menyentuh dan membetulkan badan adiknya supaya menghadap kiblat lagi. Tanpa suara. Bahkan gerakan bibirnya tidak lepas melantunkan Asmaulhusna atau selawat. Adik kelas yang diarahkan pun patuh mengikuti arahan kakak kelasnya. Meski nantinya adik kelas di sebelahnya itu gerak lagi, Hafiz dengan sabar melakukan hal yang sama.

Keduanya memang sering bertemu di sekolah meski tidak saling mengenal secara dekat. Namun, dengan sikap handarbeni, sudah sepatutnya kita untuk terus saling mengingatkan dan memperbaiki diri. Tidak hanya antarmurid, tapi juga antarguru dan karyawan di SD Islam Hidayatullah 02.

Momen berjemaah seperti ini menjadi kegiatan rutin yang tidak hanya mendidik para murid untuk menjalankan ibadah, tetapi juga membentuk kedisiplinan dan kebersamaan di antara mereka. Di sinilah mereka belajar, tidak hanya tentang pelajaran sekolah, tetapi juga tentang kehidupan dan tanggung jawab sebagai seorang muslim.

Bagikan:
Scan the code