Suasana riuh, ceria, dan penuh kerinduan memenuhi selasar Sekolah. Yay, hari pertama masuk sekolah. Tentu momen yang dirindukan oleh semua siswa. Termasuk Bapak/Ibu Guru. Sambutan hari itu telah direncanakan sangat matang. Sebagian siswa kelas 2 dan 3 bertugas menjadi among tamu. Yaitu Icha, Shaqueena, Keenan, Bintang, Cemara, Nadia, dan Kalynn. Among tamu yang dimaksud bukan di acara pernikahan, meski fungsinya sama. Namun, among tamu ini bertugas mengarahkan siswa baru. Mulai dari arahan melepas dan meletakkan sepatu hingga masuk ke ruang kelas. Tidak sampai di situ saja, ada juga among tamu yang mengarahkan di dalam kelas. Baik menata tas maupun mencari tempat duduk.

Siswa baru kali ini, tidak hanya kelas 1. Di kelas 2 ada Aya, sedangkan di kelas 3 ada Devandra. Keduanya sama-sama siswa pindahan. Bagi anak-anak seusia kelas 2, beradaptasi dengan lingkungan baru membutuhkan waktu. Sangat beda dengan anak yang satu ini. Siapa sangka? Sesudah doa apel pagi, Aya (Athaya Hasna nama lengkapnya), diminta Bu Layla untuk memperkenalkan diri sambil berdiri di depan teman-teman. Dia tampak sigap dan percaya diri maju ke depan kelas. Perlahan dia bangun dari tempat duduknya di baris paling belakang.

Pemandangan indah bak kemunculan pelangi sesudah hujan. Aya berjalan membungkuk meski yang dia lewati teman sekelasnya. Meski tidak ada yang memerintahnya. Bu Layla terpana. Itu hari pertama. Bapak/Ibu Guru belum banyak menguatkan pembiasaan yang dilakukan siswa di Sekolah. Tidak berhenti di situ, Aya juga memperkenalkan diri dengan sigap, suaranya jelas, bahkan ceritanya runtut.

“Masyaallah, bibit yang sempurna!” senandika Bu Layla.

Kronologi belum usai. Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa dipersilakan untuk menyantap bekalnya. Aya yang duduk bersebelahan dengan Salma, tampak hangat dengan obrolan dan candaan kecilnya. Sesekali menikmati camilannya. Sebagian dibagikan kepada teman-teman dan Bapak/Ibu Guru. Berlanjut ke sesi pembuatan kelas impian, yang di dalamnya ada kesepakatan dan pembentukan struktur organisasi kelas. Saat yang tepat semua siswa berhak menyampaikan pendapatnya. Bu Layla memulai dengan ice breaking dengan lagu “kepala, pundak, lutut, dan kaki” yang sesekali Bu Layla ubah lirik lagunya ke dalam bahasa Arab.

Ra’sun, katif, rukbah, rijlun, rukbah-rijlun,” contoh Bu Layla di depan siswa sembari menunjuk anggota tubuh yang dimaksud.

Semua siswa mengikuti dengan pelan dan berlanjut dengan tempo yang lebih cepat. Siswa yang tidak sesuai dengan arahan Bu Layla, mendapat konsekuensi untuk berbicara di depan tentang keseruan dalam menghabiskan masa liburan mereka. Ada siswa yang tertangkap karena tidak sesuai arahan Bu Layla, tetapi belum berani untuk menerima konsekuensinya. Begitu sebaliknya, ada siswa yang tidak tertangkap oleh Guru, tetapi dia mengakui dan bertanggung jawab atas konsekuensinya.

Yap, salah satunya, Aya. Siswa baru yang cukup berani mengakui kesalahan di depan Guru dan teman-temannya. Lagi-lagi, Bu Layla cukup terpana. Motivasinya yang kuat tampak sudah terinternalisasi. Aya lebih mudah menerima kondisi baru saat ini. Kondisi tangible maupun intangible. Termasuk pembiasaan yang tentu berbeda dengan yang dia alami sebelumnya. Dia berusaha menjadi ember yang kosong, namun tetap bertahan dengan air kebaikan yang sudah ada di dalamnya. Air kebaikannya ternyata sepaham dengan apa yang Sekolah harapkan. Terima kasih, Aya! yang rela membuang egomu demi kemaslahatan bersama. Terima kasih, siswa SDIH 02, khususnya siswa kelas 2, yang dengan tangan terbuka menyambut kehadiran Aya sebagai keluarga baru kalian. Sebagai sahabat kalian. Sebagai partner agen kebaikan. Semoga istikamah!

 

 

Bagikan:
3 thoughts on “Terpana Oleh Kesan Pertama”
  1. Masyaallah, Aya memang anak yang humble. Mudah berbaur dengan orang baru dan juga mudah mengikuti ajaran ajaran yang di berikan bapak ibu guru. Semoga anak anak yang lainnya bisa termotivasi dengan Aya.

  2. masyaallah Aya anak hebat, anak ceria! semoga Allah mudahkan Aya untuk terus berproses di SDIH 02 khususnya di kelas 2

Comments are closed.

Scan the code