“Asalamualaikum, Pak Kambali. Izin bertanya dan memastikan mengenai puasa ayyāmu al-bīḍ, jatuh pada hari Jumat, Sabtu, Minggu atau Sabtu, Minggu, Senin, nggih?

“Versi Pemerintah, tanggal 1 Muharram jatuh pada 7 Juli 2024. Jadi, 13 Muharram jatuh pada 19 Juli 2024 (Jumat besok).”

“Alhamdulillah, terima kasih atas penjelasannya, Pak Kambali. ”

Itu sepenggal percakapan saya dengan Bu Indah pada Kamis, 18 Juli 2024. Melalui chat WhatsApp. Bu Indah memulai pertanyaan. Beliau mengirim pertanyaan tersebut pada pukul 21.14.

Pertanyaan Bu Indah mengingatkan saya atas berita tahun baru Hijriah. Saat itu saya hanya membaca judul beritanya saja. Dari judulnya, saya sudah mendapat kesimpulan. Tahun baru Hijriah kali ini ada perbedaan. Setidaknya ada dua perbedaan. Yang satu, jatuh pada Minggu (07/07/2024). Satunya lagi, jatuh pada Senin (08/07/2024). Saya memilih menjawab dengan mengacu ketetapan Pemerintah.

Atas pertanyaan Bu Indah, saya juga merasa bombong. Saya menduga, Bu Indah bermaksud melaksanakan puasa ayyāmu al-bīḍ. Di malam itu, saya memang tidak mempertegasnya. Namun, sekian hari setelahnya, saya mengonfirmasinya. Dan benar, Bu Indah melaksanakan puasa di tiga hari: Jumat, Sabtu, dan Minggu. Bahkan, Senin Bu Indah juga puasa. Saya juga tidak menanya, “Mengapa puasa di hari Senin?” Saya menduga, Bu Indah sedang puasa sunah. Bukankah Senin Kamis disunahkan berpuasa?

Memang Bu Indah sangat bersemangat menjalani program Sekolah. Salah satunya, puasa sunah. Namun, Bu Indah tidak hanya semangat dalam berpuasa sunah, tetapi juga dalam hal-hal lainnya.

Bu Indah ikut mengaji terbimbing. Pembimbingnya: Bu Wiwik. Saat itu, saya menanyakan progresnya kepada Bu Wiwik. Alhamdulillah, Bu Indah sangat aktif. Tak terkecuali saat liburan sekolah. Saya meminta untuk mengaji secara online.

“Bu Indah, pagi, aktif ngaji online, Bu?”

“Alhamdulillah, Pak. Selama liburan tidak pernah bolong.”

Saya meyakini, bila setiap hari mengaji, Bu Indah akan lebih dipermudah. Dibandingkan hanya dua kali dalam satu pekan. Tentu, itu hanyalah wujud ikhtiar manusia. Mengenai hasil, sepenuhnya hak prerogatif Allah. Dan kebetulan, Bu Wiwik juga menyampaikan, Bu Indah sudah tes kenaikan jilid. Alhamdulillah. Itu saya anggap sebagai bonusnya. Yang terpenting: berusaha setiap hari mengaji.

Sabtu (20/07/2024) siang Bu Indah meminta waktu untuk bertemu dengan saya. Bu Indah hendak mendiskusikan materi pelajaran yang telah disiapkannya. Kebetulan Sabtu itu saya sudah padat acara. Saya jadwalkan Senin (22/07/2024).

Di hari Senin (22/07/2024), ternyata hingga siang hari saya lupa kalau punya janji dengan Bu Indah. Alhamdulillah, Bu Indah aktif menghubungi saya terlebih dahulu. Saya ditunjukkan rancangan Bu Indah. Saya sangat mengapresiasi usaha Bu Indah. Rancangan Bu Indah sangat sesuai dengan yang saya harapkan. Saya hanya menyempurnakan hal-hal kecil yang terlewat. Selebihnya, Bu Indah sudah piawai menyiapkannya.

Ya, saya tak hanya mendapatkan laporan tentang semangat Bu Indah, tetapi sekaligus merasakannya sendiri. Bahkan, saya akui, saya mendapat tambahan motivasi tersebab semangat beliau. Alhamdulillah, terima kasih, Bu Indah. Semoga saja hal itu berbuah peningkatan kualitas diri Bu Indah dan berdampak baik terhadap orang-orang di sekitar beliau. Amin. (A1)

Bagikan:
9 thoughts on “Semangat”
    1. masyaallah semoga bu indah bisa jadi inspirasi untuk teman-teman

Comments are closed.

Scan the code