“Ibu Bapak, ini boleh saya hapus, ya?”
Deg. Saya kelabakan mendengar pertanyaan Pak Teguh di atas. Untuk memaknai lalu menjawabnya, saya membutuhkan banyak info tentang konteks. Apa yang terjadi sebelum Pak Teguh bertanya, ekspresi penanya, khitob pertanyaan, situasi yang ditanya, dan hal-hal terkait lainnya. Sementara, saya baru saja duduk. Setelah sebelumnya, saya bicara di depan.
Memang, terkadang Pak Teguh berbicara dengan maksud apa adanya, sebagaimana tersurat dalam ucapan beliau. Namun, tidak jarang beliau berbicara dengan makna tersirat. Untuk mengungkap maknanya, saya harus berpikir keras dan tahu konteks.
Bisa jadi, Pak Teguh benar-benar hendak meminta izin kepada murid-muridnya (guru-guru SDIH 02 yang sedang mengikuti pelatihan beliau) di dalam kelas tersebut. Dan jika demikian, itu saya maknai sebagai pesan agar seorang guru tidak malu untuk sekadar meminta izin/persetujuan kepada murid-muridnya. Atau Pak Teguh bermaksud ….
Ups, belum sempat saya menuntaskan analisis, tiba-tiba saya melihat fakta yang lebih mendebarkan. Dari tempat duduknya, Bu Shoffa setengah berlari mendekati Pak Teguh. Bu Shoffa meminta penghapus yang dipegang Pak Teguh. Lalu Bu Shoffa menghapus tulisan yang masih terpampang di papan tulis.
Itukah yang dikehendaki Pak Teguh dengan pertanyaan di atas? Atau Bu Shoffa yang gagal memaknai pertanyaan?
Alhamdulillah, usai kejadian itu, Pak Teguh menjelaskan pertanyaan beliau dengan sangat gamblang. Saya salut, Bu Shoffa berhasil memahami makna pertanyaan Pak Teguh dengan sangat tepat. Bahkan, tidak hanya berhenti di pemahaman, tetapi Bu Shoffa pun menunjukkan aksi nyatanya.
Ya, Jumat (28/06/2024) itu hari kedua kami—seluruh guru SDIH 02—diajari Pak Teguh bagaimana cara membedah CP (Capaian Pembelajaran). Bertempat di ruang kelas 2. Sejak pagi, pukul 08.00 hingga pukul 15.00.
Pak Teguh tak hanya menggunakan layar LCD, tetapi juga memanfaatkan papan tulis untuk lebih memperjelas keterangan beliau. Semua peserta membawa laptop. Mereka langsung bekerja di laptop. Namun begitu, penjelasan-penjelasan Pak Teguh yang tidak termuat dalam tayangan layar LCD justru memuat banyak hal penting yang sangat dibutuhkan guru. Termasuk di antaranya, bagaimana tetap menjaga akhlak murid terhadap guru dalam situasi pembelajaran. Bagi saya, pertanyaan Pak Teguh itu salah satu tip penting. Dan Bu Shoffa berhasil meresponsnya dengan tepat.
Ini kali kesekian Bu Shoffa menunjukkan respons tanggapnya. Sebelum itu, saya sudah berkali-kali menyaksikannya. Dalam situasi yang berbeda. Dan saya merasa mendapat banyak pelajaran dari apa yang dilakukan Bu Shoffa.
Di hari pertama kegiatan Bedah CP, Bu Shoffa juga memberi contoh baik. Usai menggunakannya, Bu Shoffa merapikan meja kursi. Tidak mengandalkan petugas kebersihan. Demikian pula di hari kedua.
Pantas saja, murid-murid Bu Shoffa juga melakukannya. Ya, selama ini, murid-murid SDIH 02 diajari, setelah selesai memakai meja kursi, sebelum meninggalkannya, murid-murid dibiasakan merapikan meja kursi. Caranya simpel: kursi disurukkan kembali ke bawah meja.
Baca juga: Minta Izin
Gurunya tidak hanya mengajari melalui lisan saja, tetapi juga lengkap dengan teladan. Itu jauh lebih efektif dan berdampak. Tentu itu butuh kesungguhan dan kerja keras. Dan alhamdulillah, Bu Shoffa mampu melakukannya. Terima kasih, Bu Shoffa. (A1).
[…] Baca Juga: Respons Tepat […]
Sikap tanggap dari Bu Shoffa memberikan contoh secara langsung bagi peserta latihan. Terima kasih Bu Shoffa
Masyaallah, semoga bisa menjadi contoh baik untuk saya pribadi dan juga lingkungan sekitar.
MasyaAllah. Saya yang ditempat itu juga tercengang. Bu Shoffa dengan tanggap mengangkap pernyataan yang diberikan Pak Teguh. Terimakasih banyak Bu Shoffa sudah memberikan contoh yang baik. Semoga kami juga bisa seperti Bu Shoffa
terima kasih bu shoffa sudah memberikan pelajaran sekaligus contoh nyata bahwa kebaikan tidak hanya di sampaikan melalui teori namun juga harus di praktekkan dan di terapkan pada diri sendiri terlebih dahulu