“Kanca-kanca, saiki, sing anteng, sing paling tertib, diparingi kertas garapan luwih dhisik,” kata Bu Amik
Anak-anak secara otomatis langsung berlomba untuk tertib. Tangannya dilipat di depan perut. Badan maupun kepala tidak bergerak. Hanya beberapa anak yang masih menoleh ke kiri dan ke kanan. Beberapa patah kata juga masih keluar dari mulut seorang anak.
Hari Selasa terjadwal pelajaran Bahasa Jawa. Topik hari itu adalah perangane awak. Hari itu saatnya anak-anak mengerjakan lembar kerja.
“Dea, Aza, Keenan, Elora, Savira, Mika …,” panggil Bu Amik kepada murid-murid, satu per satu urut mulai dari yang paling tertib. Anak-anak menerima lembar kerja Bahasa Jawa. Sebelum murid-murid mengerjakan, Bu Amik memberi penjelasan tentang lembar kerja yang akan dikerjakan.
Setelah mendapat penjelasan, murid-murid pun mulai mengerjakan.
“Aku nggak bisa bahasa Jawa,” kata Shaqueena.
“Bisa,” hibur Bu Amik.
“Heh, gampang, kok,” kata Aza.
“Aku nggak bisa bahasa Jawa, tapi aku bisa ngerjain,” kata Gibran.
Mika tampak diam saja. Belum beranjak dari posisinya setelah menerima lembar kerja. Tidak diketahui persis sebabnya apa. Apakah belum bisa cara mengerjakannya, atau belum paham instruksinya. Sementara, teman-temannya sudah mulai mengerjakan.
“Bu, mripat. Habis m terus apa?” tanya Rafa.
“R,” jawab Bu Amik.
“Terus i kan, Bu?”
“Iya.”
Beberapa waktu kemudian, sebagian murid telah selesai mengerjakan. Pun Shaqueena, ia telah selesai mengerjakan tugasnya. Disusul anak-anak yang lain.
“Saya sudah, Bu,” kata Vira.
“Sing wis rampung, garapane dikumpulake,” pinta Bu Amik.
“Ini, Bu.”
Mika terlihat masih seperti kebingungan. Shaqueena, yang duduknya bersebelahan dengan barisan duduknya Mika, segera mendekat.
“Kamu yang belum mana?” tanya Shaqueena.
Mika hanya diam. Tanpa menunggu jawaban, dengan menggunakan telunjuk, Shaqueena membimbing Mika untuk mengerjakan.
“Ini, mripat. M, r, i, …,“ kata Shaqueena.
Sempat Shaqueena memandang Bu Amik, seperti takut dimarahi, karena ngajari temannya. Sebaliknya, Bu Amik malah mempersilakan Shaqueena untuk membantu Mika.
“Nggak pa-pa, Shaqueena. Mika boleh dibantu, kok,” kata Bu Amik menguatkan.
Ketika teman-temannya sudah mengumpulkan semua, tinggal Mika yang tersisa, Shaqueena lebih mendekat kepada Mika. Keduanya sama-sama dalam posisi tengkurap (Jw: ngglangsur). Kepala mereka dekat.
Shaqueena mulai membantu menyelesaikan soal-soal yang belum tekerjakan.
“Ini driji, ini lengen, …,“ kata Shaqueena sambil mengeja.
Dengan sabar Shaqueena menunggu Mika menulis huruf-huruf yang diejanya. Setelah selesai, Shaqueena yang menyampaikan.
“Bu, Mika sudah Selesai,” kata Shaqueena.
“Dikumpulkan sini, ya.”
“Ini, Bu.”
“Matur nuwun, Mbak Shaqueena,” kata Bu Amik.
Shaqueena, yang dari mulutnya sering terdengar kalimat, “Aku nggak bisa bahasa Jawa” hari itu menjadi pahlawan bahasa Jawa bagi Mika. Luar biasa.
buy rumalaya without a prescription – shallaki tablets brand elavil 50mg
diclofenac drug – buy aspirin without prescription buy aspirin without a prescription
order celecoxib online cheap – buy indomethacin 50mg generic cheap indomethacin 75mg
buy cheap generic mebeverine – colospa 135 mg usa pletal oral
benemid 500 mg without prescription – buy carbamazepine online cheap order carbamazepine generic
buy gabapentin 600mg without prescription – sulfasalazine 500mg us azulfidine online
besifloxacin canada – buy generic sildamax for sale cheap sildamax without prescription
lasuna oral – buy diarex online cheap generic himcolin
Masyaallah, anak-anak hebat. Semoga selalu istikamah dalam membantu kebaikan.
masyaallah mba shaqueena meskipun masih belajar tapi juga mau membantu temannya yg belum bisa mengerjakan, semangat terus mba shaqueena
MasyaAllah anak anak sudah terbiasa saling membantu, semoga bis menulat ke yang lainnya. Semoga istiqomah Shaqueena!
MasyaAllah, sikap saling membantu sesama teman sudah tertanam sejak dini. Semoga bisa menjadi contoh untuk siswa lain