Setelah berlibur cukup panjang sejak akhir Ramadan sampai Syawal, rutinitas kembali dimulai tanggal 19 April 2024. Kepulangan murid-murid menjadi lebih awal. Kegiatan yang direncanakan hari itu: halalbihalal, bercerita, dan menulis.

Seperti biasanya, pagi diawali dengan tahfiz bersama di musala. Kelas 1 dan 2 digabungkan. Dilanjutkan dengan pesan-pesan dari Bapak Ibu Guru dan Kepala Sekolah.

Terakhir, ditutup dengan bersalam-salaman untuk saling memaafkan.

Setelah itu, murid-murid diperkenankan istirahat, baru kemudian beralih ke kegiatan selanjutnya di kelas masing-masing.

Bu Wiwik mengawali dengan bercerita pengalaman Lebarannya. Murid-murid antusias mendengarkan. Dua anak terpantik untuk bercerita di depan, yaitu Salma dan Inara. Keduanya juga menceritakan pengalaman saat Lebaran.

“Saya salat Id di masjid,” aku Inara.

Setelah selesai bercerita, Bu Wiwik meminta anak-anak untuk menulis apa saja tentang pengalaman selama libur Lebaran.

“Nanti dua tulisan terbaik akan dapat hadiah,” iming-iming Bu Wiwik.

Anak-anak menjadi bersemangat. Buku harian dibagikan.

“Kalau nggak menang gimana, Bu?” tanya Icha.

Nggak apa-apa, yang penting sudah berusaha,” respons Bu Eva.

“Ya udah gak pa-pa. Bersyukur dan bersabar aja,” sahut Tristan.

“Nah, betul itu kata Tristan,” timpal Bu Eva seraya tertawa kecil mendengar jawaban Tristan yang di luar dugaan.

Bu Eva jadi berpikir, memang benar sabar dan syukur itu sepaket yang mesti ditanamkan dalam diri ketika menghadapi apa pun. Meski mudah diucapkan, praktiknya penuh tantangan. Terima kasih untuk pengingatnya, Mas Tristan.

Bagikan:
462 thoughts on “Bersyukur dan Bersabar”

Comments are closed.

Scan the code