Penerimaan laporan tengah semester dilaksanakan hari ini (22/03/2024). Sebagaimana sebelum-sebelumnya, pelaksanaannya dibagi dalam dua sesi. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi antrean. Sesi pertama dimulai pukul 08.00. Sejam berikutnya, untuk sesi kedua. Pembagian sesi berdasarkan nomor presensi murid.
Sedianya, Rafa terjadwal di sesi kedua, yakni pukul 09.00—10.00. Namun, sang bunda meminta izin untuk mengambil lebih awal karena ada meeting mendadak di kantor. Selain Bunda Rafa, ada beberapa wali murid yang meminta hal yang sama. Bu Wiwik mengiakan. Ia sangat memakluminya, karena hari ini hari kerja (Jumat).
Ustaz Adhit duduk di kursi Bu Eva yang terletak di sebelah pintu kelas. Beliau bertugas menyerahkan rapor dan memastikan presensi terisi oleh wali murid yang hadir. Bunda Rafa menerima rapor Rafa. Beliau lantas menuju kursi konsultasi. Bu Wiwik dan Bu Eva menyambut salam dan sapaan bunda Rafa.
Bunda Rafa tidak menanyakan sedikit pun nilai-nilai putranya. Beliau justru lebih tertarik dengan cerita-cerita keseharian Rafa. Obrolan santai mengalir.
“Rabu pagi, Mas Rafa datang gasik. Belum juga masuk kelas, ia dengan lugunya bercerita bahwa Selasa sore lupa salat Asar, Bun,” ucap Bu Wiwik.
“Iya, Bu. Waktu itu, habis TPQ, dia sudah ditunggu teman-temannya di rumah. Mainlah mereka. Begitu pulang, Rafa baru ingat kalau dia belum salat Asar. ‘Jurnal (PPK)-nya disilang, deh’, katanya” jelas bunda Rafa.
“Kami sangat terkesan dengan kejujuran Mas Rafa, Bun. Beberapa hari sebelumnya, Mas Rafa juga tiba-tiba minta maaf,” lanjut Bu Wiiwk.
“Kenapa, Bu?” tukas bunda Rafa penasaran.
“Mas Rafa mematahkan pipa tenda kelompok Bayam.”
Bunda Rafa berpikir sejenak.
“Oh, pantesan! Beberapa hari lalu, papanya lagi mengganti shower. Si Rafa bilang mau minta isolasi putih yang dipakai papanya. Katanya mau digunakan untuk menyambung pipa yang patah. Saya bilang, ‘ya enggak bisa’,” jelas bunda Rafa penuh semangat.
Bu Wiwik dan Bu Eva menyimak dengan penuh perhatian sekaligus penasaran.
“Nah, hari berikutnya, Rafa juga tanya-tanya ke suaminya Mbak (ART). Kebetulan suaminya Mbak itu tukang, Bu. Kata pak tukang itu, Rafa tanya gimana caranya menyambung pipa. Saya pikir, Rafa mematahkan keran di Sekolah.”
Bu Wiwik dan Bu Eva saling pandang. Keduanya lantas tertawa mendengar penjelasan bunda Rafa tadi.
“Ya Allah. Padahal kami enggak gimana-gimana, lo, Bun,” respons Bu Wiwik.
“Iya, Bun. Setelah menyampaikan ke saya kalau sudah mematahkan pipanya, Mas Rafa juga bilang kalau dia akan memperbaikinya,” timpal Bu Eva.
“Lha pantes, waktu saya bilang kalau pipanya sudah saya lakban, Mas Rafa tampak kecewa,” tukas Bu Wiwik.
Bunda Rafa, Bu Eva, dan Bu Wiwik kompak tertawa.
***
Selain kedua kejadian tersebut, kejujuran Rafa telah teruji berkali-kali. Rafa pernah mengakui kalau ia berwudu hingga tiga kali karena tidak sengaja bersentuhan dengan Elora dan Dea. Rafa juga tiba-tiba teringat belum menyiram kloset setelah BAK. Begitu ingat, ia bersegera menyiramnya.
Dulu, di awal tahun ajaran, Pak Kambali pernah berpesan kepada murid-murid kelas 1: “Syarat menuntut ilmu itu ada dua: jujur dan nurut (Bapak/Ibu Guru).” Entah karena itu atau bukan, kejujuran Rafa sangat mengesankan. (A2)
MasyaAllah, Rafa berani bersikap jujur atas kesalahannya. Anak yang hebat adalah anak yang berani bersikap jujur.
Alhamdulillah, Rafa sangat jujur dengan kesalahan dan kelalaiannya. Tak kalah pentingnya, ia juga mengakui kesalahannya dan berniat memperbaikinya. Good Jobs Rafa, pertahankan kejujuranmu.
Alhamdulillah,
Masyaallah, Rafa hebat selalu bersikap jujur. Semoga terus istikamah dalam hal kebaikan.
AlhamdulillahTerimakasih ustadz ustadzah,selalu support semua siswa siswinya☺️