Senin (26/02/2024), murid-murid kelas 1 belajar di luar kelas. Ada kegiatan field trip ke lokasi yang sama dengan tahun lalu, ke Taman Kelinci di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Kami bergabung dengan SDIH 01. Ada tiga bus yang digunakan untuk mengangkut rombongan. Murid-murid terbagi menjadi tiga kelompok untuk tiga bus.
Anak-anak menikmati perjalanan. Ada yang sembari makan, bernyanyi, berselawat, atau sekadar mengobrol dengan teman-teman duduk terdekatnya. Tristan dengan berani berinteraksi dengan siswa SDIH 01 yang baru ia temui di bus.
“Bu, rumahku di sana,” ujar Rama sembari menunjuk ke salah satu gang.
“Bu, kayaknya aku pernah lewat sini deh,” sambung Tristan.
Obrolan ringan itu mengalir sepanjang perjalanan.
Setibanya rombongan di lokasi. Anak-anak tak sabar ingin segera mencoba satu per satu wahana yang ada. Namun, kami harus pemanasan terlebih dahulu. Diisi senam dan ice breaking. Pas sekali, cuacanya memang sedang panas. Tak sedikit anak yang mengeluh kepanasan, tetapi mereka tetap bertahan.
Permainan pertama yang anak-anak coba ialah rope climbing lalu dianjut flying fox. Ada yang berani, ada juga yang deg-degan. Pada akhirnya semua anak berhasil menaklukan dua tantangan yang cukup menantang bagi anak-anak. Masih ada tiga tantangan lagi: memberi makan kelinci, menanam cabai, dan memanah.
Saat agenda memberi makan kelinci, Rama izin ke toilet. Teman-temannya sudah menuju arena kandang kelinci.
“Saya nunggu Rama dulu, ya, Bu,” ucap saya kepada Bu Wiwik.
Saya mengamati dari jarak kira-kira 100 meter. Rama melepas kaus kaki dan sepatunya di depan pintu toilet. Agak lama ia tidak juga keluar sehingga saya penasaran dan menghampirinya. Rupanya memang terpampang perintah melepas alas kaki.
“Bu, aku udah wudu,” ucapnya ketika keluar dari toilet.
“Beneran Rama wudu?” selidik saya penasaran.
“Iya, Bu, pegang aja ini masih basah. Kapan salat Duhanya, Bu? Aku mau salat Duha” rengeknya.
Saya agak kebingungan menjawabnya. Rupanya di situasi sedang refreshing pun Rama masih teringat salat sunah.
“Iya, nanti kalau ada waktu kita salat Duha. Kalau enggak juga gak apa-apa, Ram. Hari ini dimaklumi.”
“Yahh …,” sahutnya terlihat kecewa.
Rama menurut untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
Ternyata, di siang harinya setelah lima wahana dilewati, Rama masih teringat salat Duha. Ia minta izin untuk salat Duha. Rupanya, Rama juga membawa sajadah di tasnya. Berarti ia memang telah mempersiapkan.
“Arah kiblatnya ke mana, Ustaz?” tanyanya kepada Ustaz Adhit.
Alhamdulillah, akhirnya Rama betul-betul melaksanakan salat Duha di Taman Kelinci. Semoga ini menjadi kebiasaan yang baik. Di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi apa pun memang sudah sepatutnya umat muslim mengingat salat. Meski hanya sunah, bukankah itu juga baik? Semoga anak-anak dan kita semua diberi kemudahan oleh Allah untuk menunaikan salat.
Sampai bawa sajadah? Wow..
Pembiasaan yang membawa atsar.
Masyaallah, Rama hebat. Semoga bisa menjadi contoh baik untuk lingkungan sekitarnya.