Jumat, 16 Februari 2024. Hari terakhir untuk persiapan acara Festival Ceria. Hari itu, kegiatan belajar mengajar diganti dengan geladi bersih di lapangan SDIH. Setelah itu, anak-anak kembali ke kelas masing-masing, istirahat, dan kemudian pulang. Setelah anak-anak pulang, Ustaz Aruf, Ustaz Adhit, dan Bu Eva hendak mempersiapkan dekorasi untuk acara festival di ruang guru dan TU, tiba-tiba datang beberapa panitia dari SDIH untuk berdiskusi. Karena di ruang guru dan TU sudah lumayan penuh, persiapan dekorasi pun dipindah ke ruang kelas 1.

Di ruang kelas 1 ternyata masih ada beberapa murid yang belum pulang: Adit, Alisha, dan Kinan. Mereka menunggu dijemput. Saat Ustaz Aruf dan Ustaz Adhit sedang memompa balon dengan mesin, mereka mendekat, melihat, dan kemudian ikut membantu dengan senang hati. Mereka tampak gembira sekali. Sembari memompanya dengan mesin, mereka asyik memainkan balon-balon itu.

Mesinnya mulai panas. Bila dipompa dengan mesin yang panas, balon dapat meletus. Mesin pemompa balon pun dimatikan dan didinginkan sejenak. Ustaz Adhit kemudian ke belakang. Ustaz Aruf ke ruang guru dan TU untuk minum sejenak. Ustaz Aruf kembali ke ruang kelas 1 dengan membawa tumpukan kupon door prize.

Terlihat mesinnya sudah mulai hidup lagi. Bu Wiwik dan panitia dari SDIH ikut membantu mempersiapkan dekorasi setelah berdiskusi. Bu Wiwik, Bu Eva, dan panitia dari SDIH memompa dan merangkai balon. Ustaz Aruf mengerjakan pekerjaan lain: mengikat kupon-kupon door prize dengan karet. Setiap ikat berisi sepuluh lembar. Adit, Alisha, dan Kinan mendekat, melihat Ustaz Aruf sedang membagi dan menata kupon door prize.

“Ustaz, itu apa?” tanya Adit.

“Ini kupon door prize, Adit,” jawab Ustaz Aruf.

Terlihat Adit sedang memegang kupon itu. Seperti ingin membantu.

“Adit, ini dihitung sebanyak sepuluh, ya, kemudian ditali dengan karet,” jelas Ustaz Aruf.

Gini, Ustaz?” tanya Adit.

“Nah, bagus.”

Potret Adit sedang asyik melukis.

Alisha dan Kinan yang melihatnya, kemudian ikut mencobanya. Mereka tampak telaten sekali. Adit terlihat sangat mahir dan cepat. Ustaz Aruf jadi teringat.

Potret Alisha (memakai masker) dan Kinan (sebelah kanan) sedang memperhatikan Bu Guru.

“Oh, iya, Adit sering terlihat bermain kartu saat di kelas. Pantas saja bisa cepat,” batin Ustaz Aruf.

Alhamdulillah. Bapak dan Ibu Guru senang. Anak-anak suka membantu. Bahkan dari raut wajah mereka tampak ceria ketika membantu. Adit, Alisha, dan Kinan bekerja seperti bermain. Sehingga tampak enjoy dan ringan. Terima kasih, Adit, Alisha, dan Kinan sudah ikut membantu!

Bagikan:
2 thoughts on “Ringan Tangan”
  1. Jika dilibatkan, anak-anak justru merasa mendapat kepercayaan. Saat itulah anak-anak belajar banyak hal. Bagi guru dan orang tua/wali butuh perjuangan keras: memberi kepercayaan kepada anak-anak.

Leave a Reply

Scan the code