Besok, panitia berangkat jam berapa, Pak Kambali? Mohon arahannya,” tanya Bu Layla.

Saya yakin, sebenarnya Bu Layla sudah memiliki kecenderungan sendiri. Namun, Bu Layla menyerahkan kebijakan itu kepada pimpinan Sekolah, Pak Kambali. Itulah salah satu bukti ketawadukan Bu Layla. Meski menjadi ketua panitia, beliau tetap memosisikan diri sebagai bawahan Pak Kambali.

“Saya mengikuti Bu Layla. Tapi, kalau Bu Layla tidak ada usulan, maka saya putuskan sepihak,” jawab Pak Kambali.

“Nggih, Pak. Pak Kambali saja yang memutuskan,” jawab Bu Layla.

“Jika demikian, saya putuskan, besok kita berangkat jam 6,” putus Pak Kambali mengakhiri koordinasi malam itu.

Jumat (16/02/2024), kesibukan tampak lebih kentara dibanding hari-hari sebelumnya. Sejak pagi, guru-guru dan murid-murid berjibaku dengan persiapan Festival Ceria yang akan dihelat keesokan harinya. Bahkan, sejak beberapa pekan sebelumnya, guru-guru dan tenaga kependidikan di SD Islam Hidayatullah 02 telah mulai mencicil persiapan itu. Kami menyadari, dengan jumlah personel hanya sepuluh orang, rasanya tak akan mampu menggelar perhelatan seakbar Festival Ceria jika tak dipersiapkan sejak jauh-jauh hari.

Bersyukur, bala bantuan datang dari Lembaga yang menaungi sekolah kami. Tak ketinggalan, rekan-rekan guru dari SD Islam Hidayatullah turut meringankan beban kami. Sungguh, kontribusi dan bantuan mereka sangat mengesankan.

Hari yang dinanti pun tiba. Hiruk pikuk kesibukan pagi tampak nyata di area perhelatan. Pukul 07.00, acara dimulai. Murid-murid kelas 1 SD Islam Hidayatullah 02 melantunkan asmaulhusna. Setiap anak duduk di panggung sambil memegang selembar kertas berlaminasi bertuliskan lafaz asmaulhusna.

Satu demi satu asma Allah dilantunkan dengan khusyuk. Icha, Azza, Elora, Gibran, dan Keenan memegang mikrofon. Genap 99 nama Allah terlantunkan. Ketika tiba waktunya membaca doa, anak-anak kecil itu spontan menaruh kertas berlaminasi itu di pangkuan mereka. Mereka lantas mengangkat kedua telapak tangan masing-masing.

Rasa haru menyeruak. Malu rasanya pada anak-anak kecil ini. Mereka begitu menghayati apa itu penghormatan. Selembar kertas yang bertuliskan nama-nama Allah itu dijaga dengan penuh takzim. Mereka tak rela selembar kertas itu tergeletak di lantai. Di kala kedua tangan tidak sanggup menyangga karena menengadahkan doa, masih ada sepasang kaki yang tulus menyokong. (A2)

Bagikan:
10 thoughts on “Selembar Kertas”
  1. MasyaAllah anak-anak sangat menjaga dan memberikan hal positif.

Comments are closed.

Scan the code