Rabu (31/01/2024) itu saya pulang menjelang magrib. Ada sejumlah hal yang perlu saya selesaikan.
Sebelum pulang, saya melihat halaman Sekolah. Di sebelah perosotan, masih tampak dua ban. Itu ban bekas. Biasanya dipakai anak-anak untuk bermain. Akhir-akhir ini, anak-anak lebih sering menggunakannya untuk gawang. Anak-anak bermain sepak bola dengan gawang ban itu. Anak-anak memang sangat kreatif.
Sebelum hari itu, anak-anak sudah diberi tahu dan dibiasakan: usai bermain, ban dikembalikan ke tempat semula. Itu salah satu yang saya bicarakan bersama Bu Eva dan Bu Shoffa di ruang Kepala Sekolah. Namun, Rabu sore itu, dua ban belum dikembalikan. Masih tergeletak di halaman Sekolah.
Saya foto keadaan itu. Lalu saya kirim ke Bu Shoffa. Dengan takarir, “Sore ini, Bu Shoffa.”
Saya hanya mengirim foto tersebut kepada Bu Shoffa—guru kelas 2. Bu Eva—guru kelas 1—tidak saya kirimi. Mengapa? Sepulang sekolah, sering kali ada anak kelas 2 yang bermain bola. Hanya beberapa kali saya sempat melihat anak kelas 1 ikut bermain. Namun, saya belum pernah melihat yang bermain bola hanya anak kelas 1.
Maka, saya lebih yakin mengirim ke Bu Shoffa saja. Katakanlah, anak kelas 1 ikut bermain, biarlah anak kelas 2 yang mengembalikan. Memberi contoh baik kepada adik kelasnya.
Berselang 22 menit, Bu Shoffa merespons, “Baik, Pak Kambali. Matur nuwun atas pengingatnya.”
Kamis (01/02/2024) saya menyengaja pulang sore. Mengecek halaman Sekolah. Alhamdulillah, ban sudah dikembalikan ke tempat semula.
Demikian pula Jumat (02/02/2024) sore, saya perhatikan, ban sudah dikembalikan ke tempat semula.
Saya meyakini, Bu Shoffa telah mengupayakan ikhtiar. Saya melihat hasilnya secara langsung. Saya mengapresiasi usaha dan kerja keras Bu Shoffa.
Tapi saya penasaran, tindak lanjut apa yang sudah dijalankan Bu Shoffa. Saya sempatkan menanyai beliau.
“Apa yang Bu Shoffa lakukan?”
“Saya hanya menanyai anak-anak, Pak Kambali. Siapa yang kemarin bermain bola. Alhamdulillah, anak-anak sudah paham.”
Satu pekan sebelumnya, Rabu (24/01/2024), kepada Bu Shoffa saya juga menunjukkan foto yang mirip: dua ban belum dikembalikan. Saya memfotonya juga pada sore hari. Besoknya, alhamdulillah tertangani dengan baik.
Saya jadi teringat tulisan Bu Eva, Ternyata Setiap Hari. Ya, memang penguatan perlu dilakukan setiap hari. Bahkan, tidak hanya kepada anak-anak, tetapi termasuk pula kepada orang dewasa. (A1)