“Nanti jadinya ke Rara dulu, Bu,” konfirmasi dari Bu Wiwik.

Home visit pekan ini, Bu Eva dan Bu Wiwik berniat ke rumah Inara dan Vano. Namun, bunda Vano memberi kabar kalau belum bisa. Bu Wiwik memberi alternatif lain, ke rumah Rara.

Hari Sabtu, akhir pekan yang cukup padat bagi para pengabdi di SD Islam Hidayatullah 02. Sekitar pukul 09.00 Bu Eva dan Bu Wiwik meninggalkan parkiran Sekolah menuju kediaman Rara. Bu Wiwik bertugas sebagai pengarah, membaca Google Maps. Bu Eva menyetir motor di depan. Ups, sempat salah belok. Sepertinya Google Maps belum cukup membantu. Akhirnya mengandalkan GPS (gunakan penduduk sekitar) supaya makin yakin. Alhamdulillah ternyata sangat membantu. Bu Wiwik dan Bu Eva menemukan rumah Rara dengan melihat nomor rumah yang diinformasikan ibunda Rara.

Tak berselang lama, Ustaz Adhit menyusul. Setelah mengobrol cukup panjang dan jarum jam menunjukkan pukul 10.00, Bu Wiwik, Bu Eva, dan Ustaz Adhit berpamitan kepada orang tua Rara. Mereka lantas menuju rumah Inara.

As-salāmu ʻalaikum,” ucap ketiga guru.

Wa ʻalaikumus-salām,” jawab Inara

Ia bergegas membukakan pintu gerbang rumahnya. Inara tampak seperti biasanya, tidak malu-malu. Ia juga tetap mengenakan jilbabnya. Segera ia menyalami guru-gurunya.

Ustaz Adhit menyerahkan suvenir dari Sekolah berupa meja belajar yang bergambar foto bersama kelas satu. Inara menerima dengan senang hati dan tak lupa berterima kasih.

Banyak hal yang ditanyakan kedua orang tua Inara. Obrolan mengalir begitu saja. Bahkan tak segan orang tua Inara menceritakan bahwa Inara juga bermain gim dengan cara mabar (main bareng) bersama Elora di sebuah aplikasi gim yang bisa sembari komunikasi.

“Waktu itu saya minta Inara untuk mengaji dulu, Bu. Tapi masih main gim. Lo, kok tahu-tahu mereka ngaji bareng di tengah-tengah mabar, membaca surah Al-ʻĀdiyāt, kalau tidak salah. Game roblox atau apa itu, ya, Nak?” aku ibunda Inara.

“Inara itu lebih seringnya belajar ngaji, Bu, daripada pelajaran umum,” lanjut ibunda Inara.

“Masyaallah,” ucap sang guru, kagum.

Tidak bisa dimungkiri, generasi sekarang ini memang tak bisa jauh dari gadget. Perlu diakui bahwa saat ini era digital. Harapannya, bisa memberi dampak positif bagi anak-anak.

Hal tersebut diakui ibunda Elora juga saat home visit. Ibunda Elora menyampaikan, ketika sedang mabar, Elora meninggalkan gawainya saat tiba waktunya salat. Inara dan Elora jadi mendapatkan dua hal: hiburan dan pahala. Semoga, ya.

Bu Eva, Bu Wiwik, dan Ustaz Adhit berpamitan. Ketiganya melanjutkan kegiatan kajian pembinaan rutin setiap Sabtu. Kali itu bertempat di SMA Islam Hidayatullah. Selang beberapa menit sampai di tempat, tetiba ada pesan masuk dari ibunda Inara. Pesannya disertai foto lengkap dengan caption.

“Alhamdulillah, langsung termotivasi untuk ngaji lagi, padahal tadi setelah mandi sudah ngaji dua kali.”

Masyaallah, mungkinkah ini salah satu manfaat dari kegiatan home visit? Jika iya, apakah bisa dikatakan kegiatan ini membawa makna dan manfaat berarti untuk anak, guru, orang tua, dan sekolah? Semoga, ya. Insyaallah, siapa pun yang memiliki niat baik, yang akan merasakan.

Bagikan:
2 thoughts on “Semoga”
  1. Belajar dan bermain adalah dua kegiatan yang tidak jauh oleh anak-anak. Sebagai orangtua memantau agar porsi belajar dan bermain simbang.

  2. MasyaAllah, semoga anak-anak tetap menjalankan kewajiban sebagai muridnya yaitu belajar. Tetapi tak mengapa jika diselingi dengan bermain. Yang penting dua-duanya bisa saling dikondisikan.

Comments are closed.

Scan the code