“Teman-Teman, lima menit lagi jarum panjang menuju angka 7,” ucap Bu Shoffa mengingatkan anak-anak saat makan siang.

Siang ini, Bu Shoffa memberi tambahan waktu lima menit kepada anak-anak, karena salat Zuhur selesai pukul 12.17. Ada beberapa yang sudah selesai makan siang. Mereka mengisi waktu luangnya dengan menyiapkan diri memakai kaus kaki, ada yang membaca buku, menjumputi kotoran di karpet, cuci lepak, dan lainnya.

“Teman-Teman, apakah sudah siap berdoa?” tanya kapten.

“Sudaaah!” jawab anak-anak serempak.

“Sikap berdoa!” aba-aba kapten sembari melihat teman-temannya, memastikan bahwa mereka sudah tertib.

“Tangan diangkat. Kepala menunduk. Berdoa mulai,” sambung kapten. Teman-teman mengikuti aba-aba dari kapten, dilanjutkan berdoa setelah makan beserta artinya.

“Terima kasih, kapten Daffa, sudah memimpin doa siang ini.”

“Sama-sama, Teman-Teman.”

Kapten Daffa kembali duduk di karpet bersama kelompoknya.

“Siapa hari ini yang sudah cuci lepak, bilang saya!” tanya Bu Shoffa dengan menggunakan nada “kalau kau suka hati tepuk tangan”.

Anak-anak langsung mengangkat tangannya, tanda mereka sudah mencuci lepak.
Bu Shoffa mengecek per kelompok dan memberikan apresiasi berupa bintang di kelompok yang anggotanya sudah mencuci lepak.

“Alhamdulillah, kelompok Jakarta yang mencuci lepak ada tiga anak,” ucap Bu Shoffa sembari menggambar bintang di papan tulis.

Yeay, tambah tiga bintang,” ucap Cemara, salah satu anggota kelompok Jakarta.

Ketika sampai kelompok Blora, Sultan mengangkat tangannya.

“Sultan hari ini cuci lepak?” tanya Bu Shoffa penasaran.

“Iya, Bu Shoffa. Tapi Sultan cuci botol,” jawab Sultan meringis sampai kelihatan giginya.

Looo, namanya cuci lepak apa cuci botol, ya, Sul?”

“Hehe. Cuci lepak, Bu Shoffa.”

Nah, itu Sultan tahu. Hari ini Bu Shoffa kasih bintang, deh, apresiasi buat Sultan karena sudah mau mencuci botol. Tapi besok cuci lepak, ya,” jelas Bu Shoffa.

Oke, Bu Shoffa.”

Sebelumnya, dari awal tahun ajaran 2023/2024, Sultan memang belum pernah mencuci lepak.

Tiba di kelompok Yogyakarta. Yang mengangkat tangannya hanya satu anak, yaitu Rendra. Ketika Bu Shoffa memberi apresiasi bintang di kelompok Yogyakarta, ada yang bersuara tanpa izin. “Aku mau cek, ah,” celetuk Itaf.

Tanpa pembelaan, Rendra langsung menangis. Rendra dipersilakan untuk menenangkan diri di luar kelas. Memang, hari itu pertama kalinya Rendra mencuci lepak di tahun ajaran ini.

“Teman-Teman, yang dilakukan Mas Itaf tadi baik apa tidak, ya?” tanya Bu Shoffa.

“Tidaaaak!” seru anak-anak dengan kompak.

“Teman-Teman, tadi Bu Shoffa lihat Rendra sudah cuci lepak. Sebelumnya, Rendra juga bilang kalau mau cuci lepak. Kira-kira sebagai temannya Rendra, kita harus bagaimana, ya?” tanya Bu Shoffa kembali.

Ridho mengangkat tangannya dan dipersilakan untuk berbicara.

“Kita harus percaya sama teman. Kalau dia tidak melakukannya, itu bukan urusan kita. Itu urusannya sama Allah. Berarti dia berbohong,” jelas Ridho.

Di saat Ridho menyampaikan pendapat, Itaf berbicara melantur. Pertanda ia sedang ngambek. Itaf dipersilakan untuk menenangkan diri di kursi.

“Betul sekali yang dikatakan Mas Ridho. Jadi, Bu Shoffa harap Teman-Teman saling percaya dan saling mengingatkan, ya,” jelas Bu Shoffa.

Keesokan harinya, Bu Shoffa mendekati Itaf. Bu Shoffa menanyakan sikap Itaf hari sebelumnya. Itaf menyadari kesalahannya. Ia berjanji tidak ngambek lagi. Kalau Itaf ngambek, ia rela dipanggil “dek/dedek” di depan teman-teman.

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code