“Dan terjadi lagi. Kisah lama yang terulang kembali.”

Begitulah, sepenggal lirik lagu dari band kenamaan Tanah Air. Hanya dua kalimat itu saja yang saat ini mewakili perasaan saya. Lirik lainnya tidak.

Betapa tidak? Ini adalah kali kedua saya mengalami kebuntuan ide dalam menulis. Padahal, rutinitas masih sama seperti pekan-pekan sebelumnya. Pekan-pekan itu saya berhasil menuangkan ide menjadi tulisan. Mengapa pekan ini saya merasa gagal?

Sabtu, hari pengumpulan tulisan. Sepekan satu tulisan. Tentang kegiatan sehari-hari saya sebagai guru. Tidak hanya saya yang menulis. Lima dari sembilan guru di Sekolah berikhtiar untuk mengistikamahkan menulis. Storynomics namanya.

Sampai curhatan ini diketik, belum juga ada ide muncul. Biasanya, paling lambat hari Jumat, di dalam benak sudah tebersit hasrat untuk menulis apa. Sudah ada peristiwa berkesan yang hendak diceritakan.

“Bu Eva, sudah ada bahan untuk menulis?” tanya saya Jumat siang kemarin.

“Insyaallah sudah, Bu,” jawab Bu Eva.

Percakapan berlanjut dengan tukar pendapat singkat mengenai konten tulisan beliau. Hari itu pun berlalu. Belum juga ada ide muncul.

Salah satu jalan ninja saya untuk menentukan topik menulis adalah dengan scroll grup telegram Daily Activity. Beberapa kali cara itu manjur. Kali ini, nihil.

Mencoba mengingat-ingat lagi kejadian di pekan ini. Rasanya, tak ada yang bisa diceritakan. Atau saya yang kurang peka? Bisa jadi.

***

Sabtu pagi. Seperti biasa, pukul 07.00, koordinasi dimulai. Di ruang kelas 1. Diawali dengan bertadarus Al-Qur’an. Dilanjutkan Teacher Speak Up. Bu Shoffa menyampaikan pengalaman beliau. Apa yang beliau ceritakan sungguh menggelitik. Pengalaman beliau itu menyentil saya.

“Mungkin ini bisa saya jadikan sumber tulisan,” senandika saya.

Saat Bu Shoffa berkisah, begitu menggebunya saya ingin mengangkat kisah beliau dalam tulisan. Namun, giliran tiba waktunya menulis, nafsu saya menurun. Saya merasa sulit mengembangkan tulisan jika mengambil topik itu. Nihil lagi.

Rasanya, tak salah jika saya menyematkan lirik lagu itu di awal tulisan ini. Sebab, dulu saya juga pernah mengalami hal serupa. Kebuntuan ide menulis. Bahkan, sempat ada keinginan menyerah. Beruntungnya saya, saat itu ada seorang pakar yang membuka pikiran saya. Hingga akhirnya saya tidak jadi menyerah. Bersyukur, buntu ide kali ini tak sempat terlintas keinginan untuk menyerah menulis.

Semoga cukup kali kedua ini saja.

Bagikan:
236 thoughts on “Buntu”

Comments are closed.

Scan the code