Tiba di penghujung tahun ajaran. Harus ada sesuatu yang berkesan di kenangan anak-anak. Bapak/Ibu guru menyiapkan sebuah acara. “Ekshibisi Kreativitas Siswa”, tajuknya. Di dalamnya ada gelar karya, peluncuran buku, dan pentas seni. Konsep acaranya sengaja dibuat sederhana. Yang penting, tujuannya tercapai: mengapresiasi anak-anak.
Waktu persiapannya pun terbilang singkat. Maklum, waktunya berbarengan dengan persiapan pembagian rapor kenaikan kelas. Masa aktif anak-anak masuk sekolah tinggal tersisa empat hari. Rentang waktu yang pendek itu tak boleh disia-siakan. Dialokasikan 2—3 jam per hari untuk latihan.
Guru-guru berbagi tugas. Bu Wiwik melatih anak-anak yang akan menampilkan percakapan berbahasa Inggris dan nembang Jawa. Bu Eva melatih menari. Ustaz Aruf melatih tahfiz Al-Qur’an. Ustazah Layla melatih hafalan hadis. Ustaz Adhit melatih tartil. Jadwal latihan dibuat.
Senin, 19/06/2023, jadwalnya latihan menari. Tempatnya pun tidak disiapkan secara khusus: hanya ruang kelas. Tiba-tiba Bu Wiwik masuk. Dia bermaksud menghitung jumlah bintang yang diperoleh tiap-tiap anak. Mula-mula Bu Wiwik melakukannya sendiri, tetapi kemudian melibatkan anak-anak yang kebagian job menari dan nembang Jawa. Sabrina, Cemara, Valda, Lintang, Rendra, Rayya, dan Adia diminta menghitung perolehan bintangnya masing-masing. Semestinya ada Iqbal juga, tetapi ia tidak masuk karena sakit.
Yang dimaksud bintang adalah stiker berbentuk bintang segi lima. Bintang-bintang bertuliskan nama anak itu tertempel di gambar balon udara yang dipajang di dinding kelas. Anak-anak mendapat satu bintang setiap kali melakukan kebaikan.
Meski hanya berupa stiker, sertifikat kesalehan itu cukup membuat anak-anak senang. Mereka merasa diapresiasi atas prestasi yang remeh-temeh. Bintang-bintang itu diberikan secara spontan. Kejutan setelah suatu perilaku mulia tertunaikan tanpa komando. Tanpa iming-iming dan janji sebelumnya. Tujuannya, menghindarkan anak-anak dari jebakan pamrih.
Anak-anak mencoba menghitung perolehan bintangnya masing-masing. Mereka tampak keteteran. Wajar saja karena memang bintang-bintang setiap anak tertempel berpencar. Kesulitan mereka bertambah karena anak-anak harus berjinjit untuk menemukan bintang-bintang mereka.
“Haduh, kok susah, ya? Dari tadi lupa terus,” keluh Cemara.
Bu Eva menghampiri, menanyakan apa yang dialami muridnya.
“Coba, Cemara hitung bintangmu ada berapa. Nanti lapor Bu Wiwik,” instruksi Bu Wiwik.
Cemara bergegas menghitung ulang bintang-bintangnya. Belum juga berhasil.
“Kalau kesusahan, ambil kursi saja, Cemara. Soalnya, bintangmu ada yang di atas,” celetuk Bu Eva menyarankan. “Sekalian ambil pensil atau pulpen, ya,” lanjutnya.
“Buat apa, Bu?” tanya Cemara.
“Ambil dulu, nanti Bu Eva beri tahu caranya.”
Cemara datang menghampiri Bu Eva dengan membawa pulpen. Bu Eva memberi tahu .
“Cemara naik kursi dulu. Bintang yang sudah dihitung diberi tanda titik pakai pulpen, ya.”
“O, ya, aku paham. Terima kasih, Bu Eva.”
Cemara melanjutkan menghitung bintangnya. Kini dia tampak bersemangat.
Tak disangka, Cemara punya trik yang lebih jitu daripada yang diajarkan. Bu Eva hanya menyarankan agar Cemara menandai bintang yang sudah dihitung dengan titik. Ternyata dia justru menuliskan angka di setiap bintang yang sudah dihitung. Dengan begitu, dijamin tidak ada bintang kembar: dua bintang terhitung satu.
“Ada sepuluh, Bu, bintangku,” lapornya kepada Bu Wiwik beberapa menit kemudian.
Wajahnya semringah. Sepertinya dia berharap, bintangnyalah yang terbanyak.
“Sekarang gantian Sabrina,” aba-aba Bu Wiwik selanjutnya.
Spontan, Cemara ingin membagikan strateginya kepada Sabrina, “Ditandai, Sab.”
Tak hanya memberitahukan kiatnya, dia bahkan juga membantu menghitung dan mencari letak bintang temannya. Begitu seterusnya yang dilakukan Cemara sampai semua temannya selesai menghitung bintang-bintang mereka.
Cemara begitu tanggap dan peduli. Dia begitu bermurah hati membantu teman-temannya. Dia layak dinobatkan sebagai agen kebaikan. Jika akhirnya dalam Ekshibisi Kreativitas Siswa itu dia benar-benar mendapat penghargaan dalam kategori peraih bintang terbanyak, kiranya dia memang pantas mendapatkannya.