Tiba saatnya berkemas. Saya lihat jam. Pukul 16.30. Berkas berserakan saya rapikan. Saya posisikan di tempat semula. Buku merah yang saya baca sejak pagi, saya tutup. Saya taruh di pinggir meja. Semua sudah tertata sebagaimana mestinya. Saya keluar ruangan.
Halaman depan ternyata masih penuh motor. Salah satu motor dihampiri pemiliknya. Ia menatap saya dan menyapa.
“Terima kasih, Pak.”
“Oh, ya. Sama-sama.”
Sembari membalas sapaan, saya hampiri orang tersebut.
“Pulang ke mana, Pak?” tanya saya.
“Gunungpati.”
“Gunungpatinya mana?”
“Kandri.”
Kandri adalah nama kelurahan. Sama halnya dengan Kandri, Patemon adalah kelurahan di wilayah Kecamatan Gunungpati.
“Kalau saya, Patemon,” timpal saya.
“Lo, Patemon! Saya guru di SDN Patemon 02. Mohon maaf, namanya siapa, Pak?”
“Nama saya, Kambali.”
“Rumah Pak Kambali sebelah mana?”
“Dekat SDN Patemon 02.”
“Pak Kambali kerja di sini? Ini kantor apa, ya?”
“Ya, saya guru di sini.” Sembari menjawab, saya tunjuk tulisan di depan gedung.
“SD Islam Hidayatullah 02?”
“Ya, betul sekali,”
“Gedungnya bukan yang di sebelah sana?”
“Gedung yang di sebelah sana, SD 01. Yang di sini, SD 02.”
“O, baru, ya, Pak?”
“Ya, baru.”
Pembicaraan terus berkembang. Saya berkesempatan menjelaskan banyak hal tentang SD Islam Hidayatullah 02. Pembicaraan baru terhenti setelah Pak Pras—guru SDN Patemon 02—pamit.
Pak Pras mengikuti pertandingan tonis dalam Kejuaraan Piala Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang. Pertandingan ini diikuti tim tonis guru/karyawan SD se-Kota Semarang. Tempatnya di SMPN 12 Semarang. Berlangsung selama tiga hari. Kamis—Sabtu, 17—19 Maret 2022.
Sebelumnya, panitia telah menyampaikan permohonan penggunaan sejumlah tempat untuk parkir motor dan mobil. Salah satunya adalah halaman depan SD Islam Hidayatullah 02 yang dipakai untuk parkir motor.
Saya sempat mengamati motor yang terparkir di halaman depan tersebut. Ada tiga baris. Satu barisnya saya hitung. Sekitar 50—60 motor. Praktis, selama tiga hari itu, suasana di SD Islam Hidayatullah 02 sangat ramai.
Diakui atau tidak, secara langsung atau tidak langsung, keadaan ini memberi manfaat bagi SD Islam Hidayatullah 02. Salah satunya, publikasi. Orang yang mengenalnya semakin banyak. Bahkan, dengan melihat secara langsung. Tanpa diharap, ongkos parkir selama tiga hari itu terbayar lunas—bahkan lebih—dengan publikasi gratis.
Mungkin ini yang disebut kolaborasi.
Saya pernah mendapat materi tentang kolaborasi. Saat pelatihan kepemimpinan. Berkali-kali pemateri menekankan begitu pentingnya kolaborasi. Bila dijalankan, kolaborasi akan memberi banyak keuntungan bagi pelakunya. Ada satu pernyataan yang membuat saya sangat terkesan: sesama sekolah sudah saatnya saling berkolaborasi, bukan saling berkompetisi.
Namun, itu baru sekadar teori. Secara rasional terterima. Demikian pulakah dalam tataran praktik?
Pengalaman dengan SMPN 12 Semarang adalah praktik langsung. Pengalaman ini menguatkan pelajaran tentang keuntungan melakukan kolaborasi bagi pelakunya. Ibaratnya, ini adalah amal dan teori saat pelatihan adalah ilmunya. Amal yang didasarkan atas ilmu—amal ilmiah.
Lebih dari itu, sebetulnya pengalaman tersebut adalah wujud pengamalan surat Al-Maidah: 2.
وتعاونوا على البر
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan.”
Ayat tersebut menggunakan lafaz تعاونوا. Lafaz ini mempunyai faedah للمشاركة بين اثنين فاكثر. Artinya, ada hubungan timbal balik antara kedua belah pihak atau lebih. Subjek bukan hanya menolong objek, tetapi sekaligus subjek juga ditolong oleh objek.
Dalam hal kejadian di atas, saya pikir SD Islam Hidayatullah 02 benar-benar meminjamkan halaman depannya untuk tempat parkir. Kenyatannya, SD Islam Hidayatullah 02 sekaligus menerima ongkos parkir: publikasi tanpa keluar biaya dan tenaga.