Ini mengejutkan. Juga membahagiakan. Sekaligus membikin penasaran. Campur aduk rasanya.
Saya sudah berulang kali mengadakan program ini. Lebih dari empat kali. Namun, baru kali ini yang berbeda. Sebelumnya, hampir selalu sama.
Yang saya maksud selalu sama adalah tidak memenuhi target. Kalau itu dipakai sebagai indikator keberhasilan, maka saya kategorikan sebagai “gagal”. Artinya, berulang kali saya merasakan kegagalan atas program tersebut.
Kali ini berbeda: target terpenuhi.
Program yang saya maksud ialah home visit. Kunjungan guru ke rumah murid. Targetnya, setiap murid dikunjungi oleh guru setidaknya satu kali dalam satu tahun pelajaran.
Ya, tahun ini tiap murid telah dikunjungi oleh guru. Semua murid kelas 1. Tanpa kecuali.
Saat memulai program home visit ini, saya mensyaratkan guru kelas harus ikut. Adapun guru Al-Qur’an bersifat opsional. Artinya, bila secara waktu guru Al-Qur’an bisa tetapi guru kelas tidak bisa, home visit dibatalkan. Tepatnya: diganti waktu lain. Sebaliknya, bila guru kelas bisa tetapi guru Al-Qur’an tidak bisa, home visit tetap dijalankan.
Program ini dimulai Januari 2023. Sebenarnya saya menghendaki dimulai lebih gasik. Namun, setelah kami diskusikan, akhirnya diputuskan: mulai Januari 2023. Waktu itu Bu Wiwik (guru kelas) masih sendiri. Bu Eva (guru kelas) baru gabung mulai Maret 2023.
Bu Wiwik punya keterbatasan dalam transportasi. Beliau tidak bisa mengendarai sepeda motor. Ini sempat membuat saya berpikir untuk membatalkan program home visit. Namun, jawaban Bu Wiwik justru mengejutkan saya, “Saya sudah biasa pakai Gojek, Pak. Pak Kambali tidak perlu mengkhawatirkan hal itu.”
Akhirnya, program tetap dijalankan.
Saat membahas waktu kunjungan, saya memberi banyak opsi. Termasuk di luar hari Sabtu. Namun, Bu Wiwik lebih memilih hari Sabtu. Selain belajar dari pengalaman di SD Al Hikmah Surabaya, pilihan hari Sabtu juga didasari masalah kelonggaran waktu semua pihak terkait. Saya sangat bisa memahaminya. Namun, di saat itu tebersit pula kekhawatiran.
Saya berhitung. Kalau hanya Sabtu, untuk mencapai target, haruslah tiap Sabtu ada kunjungan. Bila satu hari Sabtu dapat mengunjungi dua murid maka butuh 14 hari Sabtu. Sama dengan empat bulan. Dimulai akhir Januari 2023. Berarti, akan berakhir hingga akhir Mei 2023. Itu jika tidak libur. Bagaimana jika ada libur? Bukankah ada Ramadan yang Sabtunya libur? Bagaimana pula bila ada kegiatan Yayasan di hari Sabtu? Dan mampukah Bu Wiwik konsisten melakukannya setiap pekan?
Jika akhir Mei belum selesai, memang masih ada Juni. Tetapi suasananya sudah akhir tahun ajaran. Bisakah terlaksana secara tuntas?
Kekhawatiran demi kekhawatiran di awal menjalankan program begitu mencemaskan saya. Memang ini dilatarbelakangi pengalaman sebelumnya. Yang belum pernah berhasil. Tetapi program tetap dijalankan. Bukankah lebih baik dapat sebagian daripada tidak sama sekali?
***
“Sabtu, 10 Juni, Pak Kambali hendak ikut home visit, napa mboten?” tanya Bu Wiwik.
Ya, sebelum ini saya memang berpesan kepada Bu Wiwik: saya hendak turut serta home visit. Bu Wiwik menawari saya, mengikuti pesan saya sebelumnya. Selain menawari, Bu Wiwik juga menyampaikan: semua murid sudah terkunjungi, menyisakan dua murid yang telah dijadwalkan 10 Juni itu. Saat kunjungan, terkadang Bu Wiwik ditemani Ustazah Layla, Ustaz Adhit, atau Bu Eva. Menyesuaikan kelonggaran masing-masing.
Pada Sabtu, 10 Juni itu, Bu Wiwik ditemani Bu Eva. Ustaz Adhit dan Ustazah Layla tidak ikut. Tinggal saya; ikut atau tidak? Kegiatan saya cukup padat di hari itu. Namun, itu adalah kunjungan terakhir. Saya merasa sangat perlu untuk ikut. Akhirnya, saya ikut. Kunjungan ke rumah Naren dan Adit.
Begitu kunjungan ke kediaman Adit selesai, saya merasa sangat bahagia. Program home visit berhasil mencapai target. Seluruh murid telah terkunjungi. Sekaligus saya juga terkejut: ternyata yang saya khawatirkan tidak terjadi. Semua tantangan berhasil dilalui dan diatasi oleh Bu Wiwik dan guru lainnya.
Saya penasaran, bagaimana bisa tuntas 100%? Bu Wiwik saya pancing dengan pertanyaan pembuka.
“Menurut Bu Wiwik, bagaimana program home visit ini?”
“Alhamdulillah, banyak manfaatnya, Pak. Hubungan dengan orang tua semakin baik. Perkembangan perilaku anak juga dapat didiskusikan bersama orang tua, sehingga hasilnya lebih optimal karena melibatkan pihak keluarga.”
Jawaban Bu Wiwik mengingatkan saya pada hadis Rasulullah tentang silaturahmi. Menurut hadis tersebut, setidaknya ada dua manfaat silaturahmi. Memperluas rezeki dan memperpanjang umur.
Itu adalah perkataan Rasulullah. Saya meyakininya. Pasti benar. Pastilah itu kebaikan dan termasuk sunah Rasul. Maka menjalankannya, pastilah ada tantangan. Namun, Allah pasti akan mempermudah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menjalankannya.
Saya pun tidak melanjutkan pertanyaan kepada Bu Wiwik. Rasa penasaran saya telah terjawab oleh kesungguhan Bu Wiwik dalam melaksanakan setiap tugas. Termasuk home visit. Terima kasih, Bu Wiwik, Bu Eva, Ustazah Layla, dan Ustaz Adhit. (A1)
Home visit atau kunjungan rumah merupakan salah satu kegiatan pendukung yang dilakukan oleh wali kelas ke rumah peserta didik. Selain menjalin tali silaturahmi home visit dilakukan memperoleh informasi dan memahami kondisi peserta didik beserta keluarganya terkait permasalahan peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga dapat terjalin koordinasi yang baik dengan keluarga peserta didik dalam mendukung keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Kegiatan home visit memberikan banyak manfaat. Selain mempererat tali silaturrahmi antara guru dan wali murid, guru juga bisa berbagi cerita tentang perkembangan murid di sekolah, dan bisa menggali banyak informasi tentang aktivitas murid dirumah. Selain itu kegiatan ini juga bisa menjembatani bagaimana mendidik anak tersebut dengan perantara guru dan wali murid.
[…] “O, iya. Matur nuwun, Bu Wiwik. Insyaallah Sabtu saya hendak melakukan pembahasan bersama Bapak Ibu semua. Jadi, saya mohon Sabtu besok tidak ada yang melakukan home visit.” […]
[…] Home visit pekan ini, Bu Eva dan Bu Wiwik berniat ke rumah Inara dan Vano. Namun, bunda Vano memberi kabar kalau belum bisa. Bu Wiwik memberi alternatif lain, ke rumah Rara. […]