Apel pagi dipimpin oleh kapten Daffa. Murid-murid bersalaman dengan guru-guru dan kapten di depan pintu kelas. Mereka lantas duduk di karpet. Murid putra duduk berjajar empat banjar. Murid putri tiga banjar. Bu Wiwik meminta izin kepada Ustazah Layla untuk menggunakan jam tahfiz. Diperkenankan.

Murid-murid berdoa dengan khusyuk. Bu Wiwik mengawali tahfiz dengan salam. Dilanjutkan membaca Al-Fatihah. Tahfiz dicukupkan.

“Anak-Anak, pagi ini kita akan naik mobil ke SMA Islam Hidayatullah,” Bu Wiwik mengawali.

“Yeay!” seru murid-murid gembira.

“Ada acara apa, Bu Wiwik?” tanya Ken.

“Iya, Bu Wiwik jelaskan, ya. Anak-Anak tenang dulu. Jadi, pagi ini di SMA Hidayatullah ada kegiatan SMAHA Traditional Festival. Nanti, di sana ada banyak sekali pertunjukan, jajanan, dan permainan tradisional.”

“Aku bawa uang, Bu!” seru Haqqi.

“Maaf, ya, meskipun di sana ada jajanan tradisional, Anak-Anak tidak diperkenankan jajan. Bu Wiwik yakin nanti kalian akan asyik bermain hingga tidak akan kepengin jajan.”

***

Murid-murid berbaris di lapangan empat banjar. Bu Wiwik membagi mereka menjadi empat kelompok berdasarkan nomor presensi. Setiap kelompok akan didampingi seorang guru. Kelompok A, B, C, dan D masing-masing didampingi oleh Bu Wiwik, Bu Eva, Ustazah Layla, dan Ustaz Adhit.

Kelompok D dan tiga anak dari kelompok C berangkat. Ustaz Adhit menyetir, Bu Eva mendampingi. Kelompok A, B, dan empat anak dari kelompok C menunggu dijemput mobil Yayasan. Setibanya di SMAHA, para murid berbaris di depan aula berdasarkan kelompoknya.

“Kelompok D silakan berjalan dalam antrean mengikuti Ustaz Adhit. Kelompok C silakan menyusul mengikuti Ustazah Layla,” komando Bu Wiwik kepada setiap kelompok.

Bu Wiwik menyilakan kelompok A untuk mengekor kelompok B. Bu Wiwik berjalan di urutan paling belakang. Bu Wiwik dapat dengan jelas melihat barisan murid-muridnya. Lorong depan ruang TU dilewati. Para murid mengikuti jalur yang dilalui Ustaz Adhit. Tetap dalam barisan. Tetap dalam antrean. Salut!

Lapangan belakang digunakan untuk latihan upacara. Ustaz Adhit mengarahkan murid-muridnya melewati pintu kecil di bawah tangga. Belok kanan. Melewati selasar area SMP. Di sepanjang selasar itu, terdapat tempat duduk permanen. Orang Jawa menyebutnya “buk”. Di sana, ada Bu Hidayah—Guru BAQ SMPIH—sedang duduk.

Langkah Bu Wiwik melambat, hampir terhenti. Bu Wiwik bergetar hatinya. Sejauh pandangan yang dapat ia jangkau, Bu Wiwik melihat murid-muridnya berjalan membungkuk di depan Bu Hid. Nyes. Sensasi lembut berdesir dalam kalbu.

Salah satu stan di STF

“Terima kasih, anak-anakku. Tak disangka, kalian belajar begitu cepat. Tak hanya di depan gurumu, di depan orang tak kalian kenal pun, kalian tetap mengedepankan adab. Tak hanya teori, kalian telah berhasil memberikan bukti. Sungguh layak bila kalian disebut pembelajar sejati.”

Bagikan:
9 thoughts on “Pembelajar Sejati”

Comments are closed.

Scan the code