Hari yang dinanti tiba. Para siswa menyambut dengan gembira. Senin, 17/04/2023, merupakan puncak dari rangkaian kegiatan Pesantren Ramadan. Sebelumnya, telah terlaksana kegiatan bersama tim kafilah dakwah SMP Islam Hidayatullah, sedekah subuh, dan berbagi ke panti asuhan. Tak ketinggalan, Kak Kempho—pendongeng nasional dari Kota Semarang—juga turut memeriahkan acara di panti asuhan.

Selama beberapa hari ini, meja dan kursi dipinggirkan berimpitan dengan tembok kelas. Karpet tambahan digelar. Ruang kelas terasa lapang. Dekorasi sederhana dipasang di sisi timur kelas. Hari ini berbeda dari hari-hari biasanya. Jam belajar dialihkan sore hari, yakni dimulai pukul 16.00.

Para siswa duduk berjajar menghadap “panggung”. Ustazah Layla memulai acara dengan tahfiz. Meski berpuasa, para siswa tetap bersemangat. Tak sedikit pun mereka mengeluh lapar, haus, lemas, atau mengantuk. Mereka begitu antusias mengikuti kegiatan hingga tak terasa azan magrib berkumandang.

“Satu agenda belum sempat terlaksana. Bisa ditunda setelah salat Magrib,” batin Bu Wiwik.

Para siswa, staf, guru, satpam, dan petugas kebersihan menyantap takjil. Salat Magrib dilaksanakan setelahnya. Seusai salat, semua peserta menikmati menu buka puasa. Bingkisan untuk semua siswa telah disiapkan jauh-jauh hari. Setiap kali ada siswa yang berkunjung ke ruang guru dan melihat bingkisan-bingkisan itu, mereka mengira jika bingkisan tersebut diperuntukkan bagi anak-anak panti asuhan.

“Bingkisan-bingkisan itu harus tersampaikan malam ini. Sayang sekali jika terlewatkan. Momennya sudah pas,” batin Bu Wiwik.

Tampak sebagian besar peserta telah selesai menyantap menu buka puasa mereka. Tinggal seorang anak saja yang belum selesai. Tak lupa, para guru selalu mengingatkan anak-anak untuk merapikan dan membersihkan kembali kotak makan mereka. Dalam rundown, seyogianya pemberian bingkisan dilakukan sebelum buka puasa. Namun, dikarenakan terlalu asyik mengikuti permainan, waktu yang dialokasikan terasa kurang. Tidak mengapa jika ditunda untuk sementara.

“Sekarang, Sekolah akan memberikan penghargaan untuk anak-anak yang sudah berbuat baik selama ini,” ucap Bu Wiwik menggunakan pengeras suara.

“Penghargaan pertama diberikan untuk seorang anak laki-laki. Anak ini adalah anak yang tangguh. Dulu, hampir setiap hari dia menangis, tetapi beberapa waktu lalu dia bercerita meskipun diejek temannya, dia tidak lagi menangis. Kira-kira …”

Belum sempat Bu Wiwik melanjutkan kalimatnya, para siswa telah menebak nama anak yang dimaksud.

“Rendra!” seru para siswa.

“Betul sekali. Silakan Mas Rendra maju.”

“Penghargaan berikutnya diberikan kepada seorang anak yang rajin sekali. Setiap hari dia istikamah menata sajadah teman-temannya di lemari musala. Siapakah dia?”

“Naufal!” jawab para siswa serempak.

“Iya. Mas Naufal silakan maju.”

“Selanjutnya. Anak ini juga tak kalah rajin dari Naufal. Dia sering menata sandal teman-temannya ketika wudu. Pernah beberapa kali dia mematikan keran yang belum tertutup sempurna sampai airnya tidak menetes lagi.”

Para siswa menyebutkan beberapa nama. 

“Dulu, dia tidak pernah makan katering sekolah. Tetapi sekarang dia berhasil …”

“Oh, Rayya!” terka para siswa.

“Bu Wiwik belum selesai memberikan clue tapi anak-anak sudah berhasil menebak. Iya, betul. Dia adalah Rayya.”

Rayya maju ke depan panggung bergabung dengan Rendra dan Naufal.

“Berikutnya. Anak saleh yang satu ini perhatian sekali kepada teman-temannya. Dia selalu mengingatkan teman-temannya dalam kebaikan. Hebatnya lagi, dia mengingatkannya dengan cara yang santun, tidak sambil emosi. Siapakah dia?”

“Hafidz!”

Kok kalian tahu, sih. Tebakan Anak-Anak benar,” jawab Bu Wiwik.

“Anak yang satu ini adalah seorang anak yang sangat percaya diri. Dia selalu menyampaikan apa yang diketahui dan yang ingin dia tahu. Dulu, ketika awal-awal menjadi siswa kelas 1, anak ini kalau bicara dengan level 100,” Bu Wiwik berseloroh, “tetapi sekarang dia sudah mulai belajar mengurangi level suaranya.”

“Daffa!” pekik para siswa.

Ustazah Layla (paling kiri) berpose bersama kelima anak penerima penghargaan

Kelima anak tersebut maju ke depan panggung dan menerima bingkisan penghargaan dari Sekolah. Satu per satu semua siswa mendapat giliran untuk menerima penghargaan atas kebaikan(-kebaikan) yang telah mereka lakukan. Hampir semua siswa dapat menebak siapa nama temannya yang kebaikannya dideskripsikan Bu Wiwik. Hal demikian terjadi karena di kelas anak-anak selalu diajak untuk refleksi. Sekecil apa pun kebaikan, pasti akan diulas oleh guru. Tak hanya dari kebaikan, dari kesalahan pun pasti akan ada sisi positif yang dapat dipelajari anak.

Penghargaan ini murni sebagai bentuk apresiasi atas keteladanan yang telah para siswa lakukan. Bukan dimaksudkan untuk berkompetisi. Guru pun tidak menyampaikan di awal akan adanya penghargaan ini. Hal ini dilakukan semata-mata supaya anak tidak berpamrih dalam berbuat baik. 

“Terima kasih, Anak-anakku. Kalian semua adalah anak-anak yang tangguh. Semoga kebaikan yang dibiasakan di Sekolah akan selalu kalian bawa di mana pun kalian berada. Amin.”

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code