Seorang gadis mengucap salam sambil mengetuk pintu. Rupanya Sabrina. Gadis kecil yang ramah. Setiap pagi, ia selalu menyempatkan diri menyapa para guru di ruang guru. Pagi itu dia mengenakan jaket.

“Sabrina kedinginan?” tanya Bu Wiwik sembari menyalami Sabrina.

“Iya, Bu. Tadi malam aku demam, tapi sekarang sudah sembuh,” jelas Sabrina.

“Alhamdulillah,” respons Bu Wiwik.

Sejurus kemudian, Bu Eva dan Ustazah Layla datang. Sabrina menyambut keduanya di ambang pintu. Dia lantas menyalami kedua gurunya itu.

Bu Eva dan Ustazah Layla mulai curiga. Beliau berdua melihat bintik-bintik merah di wajah Sabrina. Kecurigaan itu semakin dikuatkan oleh kenyataan bahwa semalam Sabrina demam.

“Mbak Sabrina, Bu Wiwik izin mengecek Sabrina, ya? Sini,” ajak Bu Wiwik.

Sabrina diarahkan menuju kasur di belakang lemari. Dua lemari difungsikan sebagai sekat. Ruangan yang tersekat itu dijadikan ruang UKS. Sabrina duduk di atas kasur. Bu Wiwik membuka kemeja Sabrina. Disaksikan Ustazah Layla dan Bu Eva.

“Oh, iya, Bu. Cacar air ini,” ucap Bu Wiwik.

Terdapat bitnik-bintik merah di badan Sabrina. Bahkan ada satu bintik yang mulai berair.

“Mbak Sabrina istirahat dulu di UKS, ya. Nanti Bu Wiwik telepon Mama supaya dijemput.”

Sabrina mengangguk.

Bu Wiwik segera menelepon bunda Sabrina untuk menyampaikan kondisi Sabrina dan supaya dijemput. Bunda Sabrina terkejut atas kabar yang disampaikan Bu Wiwik. Beliau lantas meminta izin untuk menghubungi ayah Sabrina.

“Ibu, ngapunten nanti Sabrina dijemput jam 9, njih. Soalnya ayahnya sedang apel pagi🙏,” sebuah pesan dari bunda Sabrina.

“Kalau saat ini, di rumah apakah ada orang, Bun?” tanya Bu Wiwik.

“Ada Eyang, Bu.”

“Jika demikian, mohon izin supaya Mbak Sabrina diantar pulang oleh Bu Eva, njih, Bun 🙏.”

Njih, Bu Wiwik. Matur nuwun.”

Sejak hari itu (Kamis, 6/04), Sabrina istirahat di rumah. Selain Sabrina, Nadia juga terjangkit cacar air. Sehari sebelumnya, Nadia sudah mulai izin.

Sepekan setelahnya, bunda Sabrina menyampaikan kabar jika pagi ini (13/4) Sabrina hendak mengikuti pembelajaran via online. Sejak Senin (10/4), sekolah menawarkan alternatif pembelajaran hybrid untuk Sabrina dan Nadia.

“Halo, Sabrina. Halo, Nadia!” sapa teman-teman Sabrina di kelas.

Para murid di kelas dapat melihat Nadia dan Sabrina di layar proyektor. Rasa rindu sedikit terobati demi menyaksikan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu. Sabrina tampak bersemangat mengikuti pembelajaran hari itu. Ia didampingi neneknya.

Suasana hybrid learning di kelas

Bu Wiwik memberikan beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dengan baik oleh murid-murid di kelas maupun oleh Sabrina dan Nadia.

“Asalamualaikum, Bu Wiwik. Saya baru saja sampai rumah. Kakak (Sabrina) bilang suruh fotoin ini dan dikirim ke Bu Wiwik 😄. Bener, njih, Bu?” bunda Sabrina mengirimkan sebuah pesan.

“Waalaikum salam, Bunda. Njih, Bun, lĕrĕs. Masyaallah, rupanya Kakak memperhatikan apa yang kami sampaikan tadi, Bunda 🥰,” jawab Bu Wiwik.

Bersyukur, alternatif pembelajaran yang ditawarkan Sekolah dapat menjembatani kepentingan para murid. Di satu sisi, murid-murid yang sakit dapat tetap mengikuti pelajaran meski dari rumah. Di sisi lain, risiko penularan dapat dicegah. Dan yang paling penting adalah menjaga bahkan meningkatkan imun bagi murid-murid yang sakit. Ya, semua kebijakan Sekolah diutamakan demi kepentingan murid.

Bagikan:
229 thoughts on “Kepentingan Murid”

Comments are closed.

Scan the code