Anak-anak SD Islam Hidayatullah 02 (selanjutnya ditulis SD 02) hendak berangkat pawai. Guru-guru ikut mendampingi. Pengabdi nonguru pun ikut. Dari SD 02 menuju ke lapangan basket SD Islam Hidayatullah (selanjutnya ditulis SD 01). Lapangan tersebut biasa dipakai oleh anak-anak SD 01 untuk upacara bendera. Di lapangan inilah anak-anak SD 02 bergabung dengan anak-anak SD 01, lalu memulai pawai keliling lingkungan sekitar.
Pawai dilaksanakan dalam rangka menyambut Ramadan 1444 H. Selain untuk membangun suasana kegembiraan menyambut Ramadan bagi anak-anak, pawai juga berfungsi sebagai pengingat bagi warga sekitar bahwa sebentar lagi akan masuk Ramadan.
Sebagaimana rencana, sebelum pawai, anak-anak terlebih dulu mengikuti tahfiz bersama di lapangan basket SD 01. Biasanya, tahfiz dilaksanakan di ruang kelas masing-masing. Namun, di hari itu dilaksanakan di lapangan basket secara serentak oleh seluruh murid SD 01 dan SD 02.
Sebelum berangkat ke SD 01, anak-anak kelas 1 SD 02 asyik dengan kegiatan masing-masing. Sebagian bermain ayunan, sebagian bermain perosotan, dan ada juga yang membaca buku di dalam kelas.
Lagu Mars Hidayatullah sudah terdengar. Sebagaimana biasa, begitu terdengar lagu ini, anak-anak bersegera baris di selasar depan ruang kelas. Dalam setting bel, lagu Mars tersebut dibunyikan pukul 06.57. Begitu Mars berakhir, bel masuk kelas—yang di-setting pukul 07.00—berbunyi. Bersamaan itu, proses berbaris anak di selasar biasanya juga sudah tuntas dan anak-anak mulai masuk kelas sesuai barisannya. Doa apel pagi dilaksanakan di dalam ruang kelas.
Namun, Selasa (21/03/2023) itu berbeda dari hari-hari biasanya. Setelah barisan tertata rapi, anak-anak melanjutkan doa apel pagi dengan posisi tetap pada barisan masing-masing. Usai berdoa, anak-anak mendapat penjelasan dari Bu Wiwik tentang kegiatan pawai bersama SD 01 dan SD 02.
“Selama pawai, anak-anak harus menjaga diri masing-masing. Apakah anak-anak siap menjaga diri?” Bu Wiwik mengakhiri penjelasan dengan mengajak anak-anak membuat komitmen diri.
“Siap…!” jawab anak-anak serentak. Anak-anak tampak bergembira dan tak sabar untuk segera berangkat pawai.
“Silakan secara tertib mengambil botol minum lalu menyusun barisan kembali di lapangan sebelah sana, dekat parkir motor!” ujar Bu Wiwik sembari menunjuk tempat yang dikehendaki.
Anak-anak mulai mengambil botol minum lalu berjalan menuju lapangan untuk baris kembali. Saya mendekati barisan baru yang mulai disusun anak-anak. Mereka membuat barisan dengan urutan yang sama dengan barisan di selasar.
Ups, ternyata ada yang menyerobot. Sultan mengambil posisi baris paling depan. Semestinya bukan di situ tempat Sultan.
“Sultan, kamu kok di situ, harusnya sama dengan barisan tadi,” Sabrina mengingatkan.
Sultan tampak senyum-senyum. Perlahan ia melangkah, beralih menuju posisi semestinya.
Saya sangat takjub melihat kejadian itu. Hanya sekali diingatkan oleh temannya sendiri, Sultan ternyata menyadari dan berkenan memperbaiki diri. Saya saja kalau mengingatkan Sultan harus diulang-ulang, baru akan dijalankan oleh Sultan. Terkadang sudah diulang tiga sampai empat kali tetapi tetap saja Sultan hanya senyum-senyum dan tidak mau melakukannya.
Kali ini, Sabrina yang mengingatkan. Teman sebayanya. Justru berhasil. Pun cukup sekali. Dan tanpa drama.
Saya yakin, Sabrina dan Sultan, dua-duanya sama-sama tangguhnya. Sabrina tangguh belajar melatih kepedulian diri terhadap lingkungannya. Sultan tangguh belajar berjuang menahan diri.
Alhamdulillah, Sabrina segera mengingatkan Sultan. Dan yang diingatkan pun tahu diri. Kebiasaan mengingatkan teman yang melakukan kekeliruan atau menyimpang dari kesepakatan memang salah satu yang mendapat perhatian Bu Wiwik. Memang tidak mudah, tetapi kesungguhan dan kesabaran Bu Wiwik terbukti membuahkan hasil. Saya pun meyakini Bu Wiwik tidak akan berhenti pada capaian saat ini dan akan terus memperbaiki proses. Dan saya sangat mengapresiasi ikhtiar yang beliau lakukan. Semoga Allah mempermudah ikhtiar Bu Wiwik dalam membangun karakter anak didiknya. (A1)