Senin pagi, pukul 05.35, sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp. Dari bunda Adit.

As-salāmualaikum. Selamat pagi, Bu Wiwik. Mau tanya apakah anak-anak boleh bawa mainan mobil-mobilan ke sekolah? 🙏🙏.”

Pesan tersebut terjawab sekitar setengah jam kemudian.

“Waalaikumus-salām, Bunda …. Boleh, Bun. Tapi saat belajar disimpankan Bu Guru dulu, nanti kalau sudah istirahat baru boleh diminta.”

Percakapan tulis itu berakhir dengan ucapan terima kasih dari bunda Adit yang dibalas dengan emotikon “🙏” oleh Bu Wiwik.

***

Selama Ramadan, KBM dimulai pukul delapan. Hampir setiap hari, Adit telah hadir di sekolah sebelum pukul tujuh. Pagi ini Adit diantar bundanya. Setelah salim kepada sang ibunda, Adit menuju ruang kelas. Dia menenteng sebuah mobil-mobilan, lengkap dengan remote-nya.

As-salāmualaikum,” sapa Adit dari ambang pintu kelas.

“Waalaikumus-salām, Mas Adit,” jawab Bu Wiwik sembari menerima salim dari Adit.

“Bu Wiwik, aku bawa mobil-mobilan. Aku titipin Bu Wiwik dulu, ya?”

“Oh, iya. Tadi Mama sudah bilang ke Bu Wiwik. Mobil-mobilannya disimpan Mas Adit saja. Ditaruh di laci bawah. Selama masih belajar, Mas Adit belum boleh memainkannya, ya.”

“Nggak dititipin ke Bu Wiwik?” tanya Adit heran.

“Enggak. Bu Wiwik percaya Mas Adit bisa mengikuti aturan kelas. Kalau nanti ketahuan Mas Adit tidak mengikuti aturan, berarti …?”

“Mainannya disimpankan Bu Wiwik,” jawab Adit cepat.

“Betul. Nah, sekarang Mas Adit bereskan dulu buku-bukunya seperti biasa, ya.”

“Oke, Bu.”

Adit mengeluarkan isi tasnya. Dia lantas menatanya di laci meja atas. Mobil-mobilannya dia taruh di laci bawah. Adit kemudian memasukkan tas yang telah kosong itu ke dalam lokernya.

“Mas Adit, sekarang ini kan belum bel. Jadi, Mas Adit boleh main mobil-mobilannya,” jelas Bu Wiwik.

“Boleh, Bu? Yeay!” seru Adit girang.

Bu Wiwik merespons dengan senyum dan anggukan kepala.

Adit memanggil Sabrina. Mereka berdua lantas bermain mobil-mobilan itu di selasar dengan riang. Kalynn dan beberapa murid lain ikut menyusul. Semua yang ikut bermain berkesempatan mengendalikan mobil-mobilan Adit menggunakan remote-nya. Adit bersedia meminjamkan mainan kesayangannya.

Bel berbunyi. Para murid bergegas baris di selasar kelas. Kapten memimpin apel pagi. Ia menunjuk barisan yang paling rapi untuk masuk kelas lebih dahulu. Satu per satu murid mengantre salim kepada Bapak Ibu Guru yang berjajar di depan pintu kelas. Setelah mengembalikan sandal, murid-murid duduk rapi di karpet. Doa dan tahfiz pagi dimulai.

Bu Wiwik melirik meja Adit. Di laci kedua bertengger mobil-mobilan beserta remote-nya.

“Alhamdulillah, Adit bisa dipercaya,” batin Bu Wiwik.

Ujian kepercayaan untuk Adit belum usai hingga saat pulang nanti.

***

Jam istirahat pertama tiba. Adit girang. Dia segera mengambil mainan yang dia bawa tadi pagi. Setelah bel masuk berbunyi, Adit kembali menyimpan mainannya itu ke tempat yang seharusnya. Selama kegiatan di kelas, tak sedikit pun Adit menyentuh mobil-mobilannya itu hingga saatnya pulang.

Bu Wiwik bangga atas pencapaian Adit. Seperti biasa, sebelum pulang, Bu Wiwik menyampaikan refleksi kegiatan hari itu. Salah satu hal yang dibahas adalah komitmen Adit mematuhi kesepakatan kelas. Tak hanya itu, Adit juga rela berbagi kebahagiaan kepada teman-temannya untuk ikut mencoba mainan barunya itu. Dengan refleksi semacam itu, tak hanya Adit yang belajar, tetapi teman-temannya juga ikut mengambil pelajaran.

“Terima kasih, Adit, atas keteguhanmu menahan diri. Kamu telah membuktikan makna puasa yang sesungguhnya: menahan,” Bu Wiwik bersenandika.

Bagikan:
8 thoughts on “Menahan Diri”

Comments are closed.

Scan the code