Pukul 10.49. Rapat masih berlangsung. Bertempat di ruang pertemuan Yayasan. Muncul notifikasi chat WA di HP. Ternyata chat masuk di salah satu grup. Pengirimnya, Bu Layla.

“Alhamdulillah, budaya antri di Sekolah juga dilakukan oleh anak-anak di tempat lain.”

Chat tersebut oleh Bu Layla dilengkapi dengan foto. Tampak enam anak sedang antre. Empat anak di antaranya terlihat jelas siapa mereka. Adit, Haqqi, Naufal, dan Qaleed. Sedangkan dua sisanya kurang begitu jelas. Yang paling depan, hanya terlihat sisi belakang (punggung, leher, dan kepala). Yang paling belakang, wajahnya tertutup oleh topi yang dikenakannya.

Hari itu anak-anak mengikuti kegiatan city tour. Mereka berangkat pukul 07.30 dari Sekolah. Tujuannya, Taman Kelinci, Salatiga. Tiga guru SD Islam Hidayatullah 02 membersamai anak-anak. Bu Wiwik, Bu Layla, dan Pak Adhit.

Saya tidak ikut membersamai anak-anak. Di hari yang sama ada rapat bersama para pimpinan di tingkat Lembaga dan perwakilan Yayasan. Rapat terjadwal dimulai pukul 09.30. Saat chat di atas masuk, pembicaraan dalam rapat sedang hangat-hangatnya. Pikiran saya begitu terforsir, larut dalam pembahasan. Dan situasi rapat yang “cenderung deadlock” membuat saya merasa sangat lelah, capek, dan frustrasi. Namun, demi membaca chat Bu Layla, perasaan tersebut hilang seketika. Justru muncul perasaan bahagia yang sulit untuk diungkapkan. Terhadap anak-anak, saya begitu bangganya. Mereka benar-benar tangguh dalam berproses. Tak terkecuali, di tempat wisata sekalipun. Di situasi yang cenderung “hanya bersenang-senang” dan seringkali berlebihan dalam mengekspresikan kegembiraan. Dan terhadap guru, saya semakin ayem. Teman-teman guru bisa merasakan sendiri “hasil” jerih-payah mereka. Saya semakin yakin, semangat teman-teman guru terus bertahan dan berkesinambungan. 

Chat itu begitu berpengaruh bagi saya. Semangat dalam diri serasa muncul kembali. Ungkapan “siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mencapai tujuannya” seketika muncul dalam ingatan. Terima kasih, Bu Layla, Bu Wiwik, Pak Adhit, dan anak-anak yang terus menguatkan semangat saya.

Saya sering mengalami hal demikian. Di saat-saat sedang “tidak semangat” tiba-tiba muncul pemicu dan penumbuh semangat.

Sebelum chat tentang antre ini, saya juga pernah mengalami hal senada. Waktu itu, saya juga sedang dalam kondisi “tidak semangat”. Bu Wiwik kirim gambar ke grup. Ternyata screenshot status WA. Itu statusnya wali murid. Bu Dinar, mama Daffa. Begini isi statusnya.

Sedikit cerita hari ini. Saat mamak2 kumpul arisan foto2 hahahihihehe.. Anak2 sholeh sholehah begitu denger adzan lgsg pada solat berjamaah bergantian wpn tmptnya terbatas… Masya Allah tabarokallah.

Bu Wiwik juga pernah kirim status WA Bu Nila, mama Ridho. 

 Memang saya tidak bisa memastikan bahwa kondisi anak-anak yang demikian adalah disebabkan “didikan guru”. Apalagi, saya juga memahami bahwa dalam pendidikan anak setidaknya ada tiga pihak yang berpengaruh. Sekolah (guru), keluarga (orang tua), dan lingkungan (masyarakat). Maka bisa saya pastikan keadaan anak-anak yang demikian tidak hanya karena pengaruh guru. Namun, tetap saja guru memiliki kontribusi. Seberapa besar persentase kontribusinya? Jelas tidak mudah untuk dipastikan. Dan saya pikir, itu tidak harus diketahui. Yang terpenting bagaimana memaksimalkan peran masing-masing dalam proses pendidikan anak. Dan yang pasti, status WA itu berpengaruh positif pada semangat saya dan juga teman-teman guru lainnya. (A1)

Bagikan:
230 thoughts on “Penyemangat”

Comments are closed.

Scan the code