Sabtu (4/3/2023) pagi sekitar pukul delapan, Bu Wiwik, Ustazah Layla, dan Ustaz Adhit meninggalkan sekolah. Ketiganya menuju rumah salah seorang murid mereka, Najwa, di Perumahan Mutiara Grafika, Banyumanik. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih sepuluh menit.
Orang tua Najwa menyambut dengan ramah. Najwa masih malu-malu. Dia bersembunyi di dalam kamarnya. Bapak Agus—ayah Najwa—memanggil putrinya dari ruang tamu. Yang dipanggil keluar kamar. Masih malu-malu. Najwa diajak Bu Wiwik duduk di antara Bu Wiwik dan Ustazah Layla.
Perbincangan diawali dengan ramah-tamah. Setelahnya, perbincangan mengalir begitu saja. Najwa menjadi fokusnya.
“Ayah, Bunda, Bapak Ibu Guru ini ingin menanyakan bagaimana salatnya Mbak Najwa di rumah,” tanya Bu Wiwik mengawali pembicaraan.
“Alhamdulillah, Bu. Najwa salatnya rajin. Tapi, salat Subuhnya sering terlambat, karena susah dibangunin,” jawab Bu Sofia (ibunda Najwa).
“Wudunya juga buru-buru, Bu,” Pak Agus menimpali sambil melirik Najwa.
Najwa makin tersipu.
“Oh, ya? Betul begitu, Mbak Najwa?” tanya Bu Wiwik sambil menoleh ke samping kirinya.
Yang ditanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
“Mbak Najwa sudah lulus tes wudu, kan? Jadi, apa yang dilakukan di sekolah juga dilakukan di rumah. Meskipun ngga ada yang mengawasi, tapi Allah Maha Melihat. Mulai sekarang, di mana pun, kalau wudu yang baik, ya. Seperti yang dilakukan di sekolah,” jelas Bu Wiwik.
Najwa mengangguk dan mengiyakan nasihat gurunya.
“Lalu, coba mulai besok, Najwa bangunnya lebih pagi lagi. Diusahakan jam lima sudah bangun. Caranya: sebelum tidur wudu dulu, lalu berdoa. Minta dibangunkan oleh Allah jam lima. Atau minta tolong bunda supaya membangunkan Mbak Najwa.”
Najwa kembali mengangguk. Di akhir perbincangan itu, Najwa berjanji akan bangun lebih awal. Selain untuk salat Subuh tepat waktu, dia juga tidak ingin terlambat hadir ke sekolah. Beberapa kali Najwa terlambat. Dia tak sempat menata isi tasnya sebelum bel tanda masuk berbunyi.
Ustazah Layla menjelaskan perkembangan ngaji Najwa.
“Mbak Najwa itu ngajinya sudah bagus, lo. Kurangnya cuma satu: suaranya terlalu pelan. Suaranya lebih dilantangkan lagi, ya. Kalau Najwa bersuara lantang, nanti teman-teman juga bisa ikut mendengar. Siapa tahu, berkat suara Najwa itu, teman-teman juga jadi tahu cara membaca yang benar,” jelas Ustazah Layla.
***
Senin pagi, Najwa hadir di sekolah lebih awal dari biasanya. Jarum jam penunjuk menit masih bertengger di angka sembilan. Najwa bergegas mengeluarkan isi tasnya. Lalu menatanya di laci meja. Kemudian Najwa memasukkan tas kosongnya ke dalam loker bernomor 22.
Saat jam tahfiz, Ustazah Layla menanyakan siapa yang sudah melaksanakan salat lima waktu. Sebagian besar murid mengangkat tangan mereka, termasuk Najwa. Rupanya Najwa menepati janjinya untuk bangun pagi lebih awal. Dia dapat melaksanakan salat Subuhnya tepat waktu. Orang tua Najwa mengonfirmasi hal tersebut.
Seusai pelajaran BAQ (Baca Al-Qur’an), di ruang guru, Ustazah Layla menyampaikan bahwa Najwa bersuara lebih keras dari biasanya saat diminta membaca jilidnya.
“Alhamdulillah,” batin Bu Wiwik. Najwa menepati janjinya. Dukungan orang tua Najwa juga sangat berperan dalam perubahan ini. Program home visit yang dilaksanakan berdampak baik bagi murid. Komunikasi dan silaturahmi dengan orang tua juga semakin kuat.
Bila dijalankan secara konsekuen program-program sekolah yang telah disusun terbukti berdampak baik bagi perkembangan murid. Bukan sekadar program yang dimaksudkan hanya untuk show off minim makna.
[…] Ke kediaman Lintang (kelas 2) dan Dea (kelas 1). Dea dan Lintang adalah kakak-beradik. Sengaja, home visit kali ini, wali kelas 2 dan 1 berangkat bersama-sama. Demi efisiensi dan […]