“Bu Wiwik, titip Nadia, nggih,” ucap bunda Nadia memungkasi perjumpaan.
Pagi (8/3/2023) itu Nadia hendak mengikuti lomba menggambar. Dia maju mewakili sekolahnya, SD Islam Hidayatullah 02, dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat kecamatan.
“Nggih, Bunda, insyaallah,” jawab Bu Wiwik sembari menangkupkan kedua telapak tangannya.
Setelah bersalaman dengan ibunya, Nadia memindahkan isi tasnya ke dalam laci.
“Mbak Nadia, tasnya dibawa, ya. Minumnya juga, lalu ke ruang TU,” kata Bu Wiwik mengarahkan.
Nadia tersentak. Tetiba butiran-butiran air meluncur dari kedua matanya.
“Aku nggak mau ikut lomba,” ucap Nadia terbata-bata.
Bu Wiwik kaget, tapi berusaha untuk tetap tenang.
“Kenapa, Nak?”
Yang ditanya masih terisak-isak. Nadia tak sanggup menjawab pertanyaan Bu Wiwik. Dipeluklah anak itu oleh gurunya.
“Iya, Mbak Nadia tidak ikut lomba tidak apa-apa,” bisik Bu Wiwik ke telinga muridnya. “Sekarang, kita ikuti doa dan tahfiz dulu, ya. Tapi, sebelumnya Nadia minum dulu.”
Setelah minum, Nadia tampak lebih tenang. Dia pun bergabung dengan teman-temannya mengawali kegiatan sekolah dengan doa dan tahfiz surah-surah pendek Al-Qur’an.
Seusai tahfiz, Nadia kembali menghampiri Bu Wiwik. Masih terdengar sisa-sisa isaknya yang tertahan.
“Bu Wiwik, aku nggak mau ngecewain Mama.”
“Insyaaallah Mama nggak kecewa. Mama pasti memahami. Nanti Bu Wiwik yang bilang ke Mama, ya?”
Nadia mengangguk. Anggukan yang menyiratkan keraguan. Dia lantas mengambil buku ngajinya lalu berjalan menuju ruang mengaji kelompoknya.
“Pak Kambali, barusan Nadia bilang tidak ingin mengecewakan mamanya. Sepertinya dia ingin ikut lomba,” lapor Bu Wiwik ketika bertemu Pak Kambali di ruang TU.
“Coba, Nadia dipanggil, Bu,” sahut Pak Kambali.
Bu Wiwik bergegas minta izin Ustazah Layla untuk menemui dan menjemput Nadia.
“Aku mau ikut lomba, tapi sama Bu Wiwik,” ujarnya meminta syarat.
Bu Wiwik bingung. Permintaan Nadia tidak segera diiyakan atau ditolak. Kalau harus menuruti Nadia, ia harus meninggalkan kelas. Di sisi lain, mental Nadia juga harus dijaga. Bu Wiwik lantas mengalihkan pandangan ke Pak Kambali. Yang dilirik paham. Beliau mengiyakan keinginan Nadia.
Meski sempat ragu, akhirnya Bu Wiwik berusaha memantapkan diri. Ini kali pertama ia meninggalkan kelas selama tahun ajaran berjalan. Patut disyukuri, di sekolah ada sejawat yang siap membantu: Bu Eva, Ustaz Adhit, dan Ustazah Layla.
Dalam perjalanan menuju tempat lomba, Bu Wiwik berusaha menghibur Nadia.
“Tempat lombanya dekat rumah Bu Wiwik, lo, Nad. Nanti waktu Nadia lomba, Bu Wiwik pulang terus tidur, ya. Kalau Nadia sudah selesai lomba, Bu Wiwik jemput lagi,” goda Bu Wiwik memancing reaksi muridnya.
“Hehehehe …,” Nadia tertawa.
Bu Ambar, yang menyetir motor memboncengkan kami, pun ikut tersenyum.
“Alhamdulillah, Nadia sudah mulai bisa ceria,” batin Bu Wiwik.
“Rumah utiku (neneknya—pen.) masuk gang itu, Bu,” ucap Nadia penuh semangat, sambil menunjuk sebuah gang sebelum sampai Pasar Rasamala.
Perbincangan lalu mengalir sepanjang perjalanan.
“Nad, sepertinya kita sudah terlambat. Nadia nanti tetap tenang, ya. Nggak usah takut atau sedih. Bapak Ibu Guru tidak mengharuskan Nadia menang. Lomba ini bertujuan untuk menambah pengalaman Nadia. Yang penting, Nadia mengerjakan yang terbaik. Sebisanya,” pesan Bu Wiwik.
“Oke, Bu,” jawab Nadia tanpa beban.
Ketika kami tiba di lokasi lomba, rupanya masih berlangsung upacara pembukaan. Nadia menyusul duduk di deretan kursi peserta. Sesekali dia menoleh ke belakang, mencari keberadaan Bu Wiwik.
“Kalian semua adalah anak-anak juara. Kalian telah menjadi juara satu di sekolah masing-masing.”
Begitulah potongan sambutan Koordinator Satuan Pendidikan (Korsatpen) Kecamatan Banyumanik sebelum membuka FLS2N secara resmi. Korsatpen adalah pejabat perwakilan dinas pendidikan di tingkat kecamatan.
***
Sepulang dari lomba, Nadia melaksanakan salat Zuhur berjemaah bersama Bu Wiwik dan Rendra. Rupanya, Rendra juga tertinggal jemaah Zuhur bersama teman-teman satu kelas. Sebelum waktu zuhur tiba, ia beristirahat di UKS hingga tertidur.
Usai salat, Nadia menceritakan pengalamannya kepada teman-teman sekelasnya. Dia berterus terang membuka rahasia, mengapa pagi menjelang berangkat lomba itu dia menangis. Dia juga mengaku kagum melihat hasil karya para peserta yang lain.
“Tadi gambarnya bagus-bagus. Aku jadi peserta lomba yang paling kecil (muda—pen.). Soalnya yang kelas satu cuma aku sendiri. Waktu di dalam ruang lomba, aku takut ditinggal pulang Bu Wiwik. Mangkanya, aku sering noleh ke belakang. Nyariin Bu Wiwik.”
Teman-temannya khusyuk menyimak. Mereka tampak terhibur. Sesekali ada yang mengajukan pertanyaan. Rasa ingin tahu terpancar jelas dari sorot mata mereka.
Nadia adalah juara. Dia memenangi pertarungan melawan dirinya sendiri. Dia berhasil menaklukkan godaan mental cengeng dan kolokan. Dia berhasil mengelola emosi secara piawai. Dia berhasil menepis keraguannya dalam tempo relatif singkat. Dia berhasil membesarkan hati orang tua dan guru-gurunya. Dia berhasil menyelamatkan muka sekolahnya.
Nadia kembali membuktikan kemauan kerasnya untuk belajar menjadi tangguh. Dia kembali menjadi pahlawan untuk kali kedua. Sebelumnya, dia tampil heroik sebagai satu-satunya player escort putri dalam laga futsal di SMA Islam Hidayatullah.
Memang, hari itu Nadia meninggalkan arena lomba tanpa membopong piala. Namun, sejak hari itu mahkota menghiasi kerudung yang setia menutup rambut kepalanya. Memang, dia tidak merasa mengenakan mahkota. Namun, kemilaunya tak bisa luput dari pengindraan siapa pun yang “bermata” jeli.
buy rumalaya online cheap – cheap rumalaya pill elavil 10mg without prescription
voltaren 50mg generic – order voltaren 100mg online cheap aspirin 75 mg us
colospa 135 mg sale – buy generic mebeverine pletal tablet
brand celecoxib – celecoxib 200mg oral indomethacin 50mg canada
purchase benemid online – purchase probalan sale buy carbamazepine pill
cheap generic gabapentin – buy motrin 600mg generic purchase azulfidine pills
buy generic besivance for sale – order carbocysteine pill sildamax oral
purchase lasuna online – buy generic diarex over the counter himcolin for sale online