Najwa dan Aza sedang bermain lompat kata.

Bel istirahat berbunyi. Para siswa bersorak gembira. Setelah diberi izin untuk istirahat, mereka berhamburan melakukan kegiatan yang disukai. Ada yang makan dan minum, ada yang bermain di halaman sekolah, ada pula yang membaca buku. Tak seperti teman-temannya, Aza dan Najwa melancarkan rencana rahasia. Awalnya rahasia itu diinisiasi oleh Aza. Najwa lantas terbawa.

Aza membawa kantong plastik hitam. Entah apa isinya. Ia menuju ruang kosong di sebelah kantor Sekolah. Najwa mengekor. Mereka berdua lantas menutup pintunya. Entah apa yang dilakukan.

***

Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi. Kapten kelas memilih kelompok yang paling tertib untuk pulang lebih dulu. Semua siswa bersalaman dengan guru-guru di kelas dan kapten kelas. Meski sudah diizinkan pulang, banyak siswa yang enggan untuk langsung pulang. Mereka memilih untuk bermain dulu. Sepak bola menjadi permainan favorit siswa laki-laki.

“Bu Wiwik, bolehkah saya pinjam lemnya?” pinta Aza.

“Silakan,” jawab Bu Wiwik singkat, yang dibalas Aza dengan ucapan terima kasih.

Kembali, Aza dan Najwa menuju ruang kosong. Mereka berdua menutup pintunya. Bu Wiwik membuntuti dari belakang. Ia lantas masuk ke ruang guru untuk mengambil sesuatu. Bu Wiwik kembali ke kelas. Membimbing siswa yang mengikuti tambahan pelajaran.

Beberapa waktu kemudian, Aza dan Najwa kembali ke kelas karena sudah dijemput. Aza mengembalikan lem yang tadi ia pinjam. Keduanya bersalaman dengan gurunya, lalu pulang.

Keesokan harinya, Aza membagikan beberapa kertas kepada teman-temannya. Salah satunya kepada Sultan. Sultan lantas memperlihatkan kertas itu kepada Bu Wiwik.

“Dari Aza. Kartu ulang tahun,” kata Sultan sembari menunjukkan selembar kertas yang terlipat.

Di dalam kertas itu—yang ternyata adalah kartu ucapan ulang tahun—terdapat ucapan selamat ulang tahun dan beberapa untaian kalimat doa. Rupanya beberapa hari ini Aza dan Najwa melakukan kegiatan rahasia untuk memberi kejutan kepada teman-temannya. Aza dan Najwa berhasil! Teman-teman yang ia beri kartu-kartu itu benar-benar terkejut.

Tak hanya Sultan yang mendapat kartu ucapan itu, tetapi semua teman yang telah berulang tahun. Masyaallah, tangan-tangan kecil Aza dan Najwa—yang saat memotong kertas saja masih belum presisi—dipaksa untuk memotong berbagai bentuk kertas demi memenuhi hasrat perhatian dan kasih sayang mereka kepada teman-teman. Tangan-tangan mungil itu rela menulis berulang-ulang kalimat ucapan ulang tahun dan untaian doa demi membahagiakan teman-teman mereka.

Terima kasih, Aza. Terima kasih, Najwa. Memori indah ini akan terpatri dalam benak teman-temanmu. Semoga doa tulus dalam kartu-kartu itu kembali kepadamu. Amin. (A2)

Bagikan:
Scan the code