“Bu Wiwik, bolehkah saya izin ke kamar mandi untuk buang air kecil?” ucap Kalynn.
“Silakan,” jawab Bu Wiwik datar.
“Antarkan,” pinta Kalynn manja.
“Lo, biasanya kan berani sendiri. Bagaimana kalau ditemani Nadia atau Naren?” tawar Bu Wiwik.
“Enggak mau, maunya sama Bu Wiwik.”
“Kenapa?”
“Nggak papa.”
Bu Wiwik mengantar Kalynn ke kamar mandi. Tak ada hal yang mengkhawatirkan. Kalynn hanya butuh diyakinkan kalau Kalynn bisa kembali BAK sendiri.
***
Keesokan harinya, setelah tahfiz pagi, anak-anak mengikuti pelajaran BAQ. Bu Wiwik mengeksekusi rencana yang telah dipikirkannya berhari-hari lalu. Mengambil cutter di laci, Bu Wiwik lantas mengerik cat yang menutupi kaca jendela kelas. Kebetulan toilet putri berada di sebaliknya. Kini, kaca itu tak sepenuhnya tertutup cat. Ada sekotak lubang kecil yang memungkinkan Bu Wiwik melihat ke arah halaman bilik toilet. Setelahnya, Bu Wiwik kembali ke ruang guru.
“Bu Wiwik, tolong antar aku ke kamar mandi,” pinta Kalynn.
“Bagaimana kalau Bu Wiwik membuka jendela itu lalu mengawasi Kalynn dari situ? Nanti Bu Wiwik bisa melihat Kalynn masuk ke toilet,” bujuk Bu Wiwik.
“Oh, ini bisa dibuka, ya, Bu? Oke.”
“Sekarang Kalynn ke kamar mandi, Bu Wiwik menuju jendela. Ayo kita balapan!”
Gadis manis itu bergegas menuju kamar mandi. Tiba di belakang, Kalynn memanggil gurunya sambil melambaikan tangan. Bu Wiwik menyambutnya dengan seulas senyum: “Duluan Bu Wiwik, kan?”
“Iya dong, Bu Wiwik kan dekat,” senyum manis Kalynn tersungging di sudut bibirnya, “Aku pipis dulu, ya.”
***
“Bu Wiwik, bolehkah saya ke kamar mandi? Aku mau pipis.”
“Kalynn sudah berani sendiri, kan?”
“Antarkan, Bu,” rengek manja Kalynn.
“Kalynn, ini kan Bu Wiwik sedang mengajar. Bagaimana kalau Kalynn ke kamar mandi sendiri? Bu Wiwik bisa melihat Kalynn lewat lubang ini,” jelas Bu Wiwik meyakinkan muridnya. Harap-harap cemas. Apakah usahanya berhasil meyakinkan Kalynn?
Kalynn penasaran. Ia lantas melihat ke luar dari lubang itu. Dari situ, ia dapat melihat ke arah kamar mandi.
“Tadi Kalynn juga sudah berani pipis sendiri. Nanti Bu Wiwik lihat Kalynn dari sini.”
“Hmmm, oke deh,” jawab Kalynn dengan ceria.
Alhamdulillah.
Dari balik jendela, Kalynn mengintip ke arah kelas melalui lubang yang tadi pagi sudah dibuat Bu Wiwik. Ia tersenyum sembari melambaikan tangan. Bu Wiwik menyambutnya.
“Kalynn, bukan Bu Wiwik tidak ingin menemanimu. Bu Wiwik ingin jauh lebih dari itu. Bu Wiwik ingin kamu menjadi anak mandiri dan pemberani. Bu Wiwik ingin kamu percaya pada dirimu. Kamu anak hebat. Berhasil mengalahkan ketakutanmu. Dan yang paling berharga, terima kasih, Kalynn, kamu telah percaya pada gurumu ini.”