“Pak Kambali, Ustazah Nurul hari ini tidak masuk, nanti sebaiknya bagaimana, nggih?” Ustazah Layla mengirim chat ini kepada saya. Pukul 06.59.

“Insyaallah saya yang megisi jam beliau.”

Ustazah Layla ditunjuk sebagai Koordinator BAQ (Baca Al-Qur’an) sejak Juli 2022. Di SD Islam Hidayatullah 02. Salah satu tugasnya, memastikan jam pelajaran BAQ berjalan dengan baik dan lancar.

Kali ini saya berkesempatan masuk di kelompok Ustazah Nurul. Beliau biasanya menggunakan ruang musala. Sebelum tiba waktunya, saya memastikan ruangan siap digunakan. Posisi karpet yang kurang pas, saya tata sedemikian rupa sehingga nyaman saat dipakai anak-anak. Yang lainnya saya pandang sudah siap untuk digunakan. Sembari menunggu waktu tiba, saya membuka dan memeriksa jurnal yang digunakan Ustazah Nurul. Setidaknya saya sudah punya gambaran capaian anak-anak di kelompok beliau.

Bel ganti pelajaran berbunyi. Seluruh murid Ustazah Nurul sudah hadir. Pelajaran dimulai. 

“Sekarang Sultan giliran membaca,” saya mempersilakan Sultan untuk mulai membaca. Sembari saya buka buku prestasinya. 

Dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an, salah satu tahapannya adalah evaluasi. Tiap anak diberi kesempatan membaca satu per satu secara bergiliran. 

“Sultan ga mau ngaji, Pak Kambali,” kata Sultan dengan nada datar. Ekspresinya pun biasa. Tidak menunjukkan rasa khawatir atau takut. Khas anak-anak.

Saya yang justru kebingungan. Harus saya beri tindakan apa. Membiarkannya? Memaksanya? Pilihan yang sulit semua. O, ada satu hal yang belum dan perlu saya kerjakan. 

Anak-anak siap mengaji.

“Mengapa ga mau ngaji, Sultan?”

“Sultan ngantuk, mau tidur.”

“Tadi malam belum tidur?”

“Sudah, tapi baru dikit. Sultan tidurnya terlalu malam.”

“O, ya, sudah. Sekarang Sultan tidur dulu. Di karpet sebelah situ, ya.”

“Ya, makasih, Pak Kambali.”

Saya melanjutkan evaluasi. Kini giliran Kalyn. Saya menyimak bacaan Kalyn. Sesekali saya melirik Sultan. Ia tampak kesulitan tidur. Berkali-kali berubah posisi. Tetapi matanya tidak segera terpejam. Bahkan, ia mencoba pindah tempat. Tetapi masih berada di area karpet. Tetap gagal. Tidak bisa tidur. 

Setelah semua anak selesai mendapatkan giliran membaca—kecuali Sultan, saya panggil Sultan. Ia mendekat. 

Gimana, ga bisa tidur?”

“Iya, Sultan susah tidur.”

“Sultan mau ngaji?”

“Tapi jangan yang susah-susah!”

“Ya, saya pilihkan khusus untuk Sultan.”

Akhirnya Sultan mau ngaji. Saya pilihkan halaman sesuai dengan capaiannya. Sebagaimana tercantum di buku prestasinya. Sultan berhasil mengalahkan rasa kantuknya. Ia berhasil melawan rasa malasnya. Dan keberhasilannya itu tanpa intervensi dari orang lain. Tetapi memang butuh waktu dan proses. (A1)

Bagikan:
Scan the code